Suara.com - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut kondisi Indonesia secara kesehatan dan ekonomi, tidak lebih buruk dari negara lain.
Bahkan kata dia, kondisi Indonesia relatif netral.
"Posisi Indonesia dibanding negara lain ternyata secara ekonomi dan kesehatan, kita tidak lebih buruk daripada yang lain. Bahkan kita relatif netral, ini adalah modal kita untuk maju ke depan," ujar Wiku di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Wiku menuturkan salah satu kemajuan Indonesia yakni adanya peningkatan jumlah daerah zona hijau dan beresiko rendah.
Peningkatan tersebut berdasarkan peta zonasi, bahwa sejak 31 Mei sampai 21 Juni 2020, semula daerah beresiko rendah dan hijau ada 46,7 persen dan kemudian turun menjadi 44 persen.
Namun saat ini relatif 60 persen daerah di Indonesia dalam kondisi beresiko rendah dan daerah hijau.
"Kalau kita lihat peta zonasi sejak tanggal 31 mei sampai 21 juni lalu, terlihat daerahnya dari 46,7 persen yang berisiko rendah dan hijau, ternyata turun menjadi 44 dan naik terus 52 persen, 58,3 pesen sekarang. jadi relatif hampir 60 persen daerah di Indonesia kondisinya risikonya rendah dan hijau. Untuk itu beberapa sektor yang aman sudah mulai dibuka," ucap dia.
Kemudian capaian lainnya yakni adanya peningkatan jumlah rumah sakit yang melayani pasien Covid-19.
Kata dia, semula hanya 250 rumah sakit yang memiliki kemampuan pelayanan pasien Covid-19, kini bertambah menjadi 1.687 Rumah Sakit.
Baca Juga: Satu RT dengan Keluarga Pasien Corona, Emak-emak di Cimahi Ikut Terpapar
"Peningkatan pelayanan jumlah rumah sakit meningkat drastis dalam waktu 3 bulan dari 250 menjadi 1.687 rumah sakit. Datanya terkumpul menjadi satu. Sebaran rumah sakitnya juga meningkat menjadi 800 rumah sakit rujukan nasional dan provinsi, semua terhubung datanya dengan surveilans dan laboratorium secara otomatis," kata Wiku.
Selain itu kemampuan laboratorium Indonesia juga meningkat drastis dari 1 laboratorium menjadi 220 laboratotium rujukan dengan total sampel awalnya di bawah 1.000
"Sekarang sudah mendekati 20 ribu per hari kemampuan tesnya. ini adalah 11 kementerian/lembaga yang mengepalai dari laboratorium-laboratorium tersebut di Indonesia. ini adalah prestasi yang luar biasa kerja sama lintas sektor untuk menjadi kekuatan Indonesia," tutur Wiku.
Wiku juga menuturkan dilihat dari kemandirian bangsa, hal yang paling lemah dimiliki Indonesia saat awal Covid-19 yakni penyediaan alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan.
Namun dalam waktu singkat, Indonesia mampu memproduksi APD dengan bahan baku dalam negeri.
"Apa yang dilakukan selama 3 bulan, ternyata bangsa Indonesia mampu memiliki rumah sakit-rumah sakit yang lebih banyak dengan rumah sakit darurat di berbagai tempat, reagen yang lebih banyak, kita memiliki ventilator, vaksin pengembangannya, dan APD overall, dan PCR nya mobile juga kita memiliki dan rapid testnya. Ini adalah tahap inovasi yang sudah mulai komersial di Indonesia," tutur Wiku.