RR 'Kepret' Sri Mulyani Lagi, Sebut Ekonomi Indonesia Sudah Resesi

Jum'at, 21 Agustus 2020 | 17:20 WIB
RR 'Kepret' Sri Mulyani Lagi, Sebut Ekonomi Indonesia Sudah Resesi
Rizal Ramli. [Suara.com/Arief Hermawan P]

Piter bilang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II yang tumbuh negatif di kisaran 5 persenan ini, bisa berdampak juga pada pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV.

"Dengan demikian, apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka Indonesia pada bulan Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi," kata Piter.

Dia menjelaskan bahwa semua negara berpotensi mengalami resesi. Perbedaannya hanya masalah kedalaman dan kecepatan recovery.

Negara-negara yang bergantung kepada ekspor –kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi sangat tinggi– akan mengalami double hit, sehingga kontraksi ekonomi akan jauh lebih dalam.

"Misalnya, saja Singapura yang mengalami kontraksi ekonomi pada triwulan 2 hingga minus 41 persen," ucapnya.

Di sisi lain, negara-negara yang tidak secara cepat merespon dampak wabah Covid, menyelamatkan perekonomiannya, berpotensi jatuh ke jurang krisis, yang artinya proses recovery akan berjalan lambat.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen akibat pandemi Virus Corona atau Covid-19.

Jika dibandingkan secara tahunan, angka pertumbuhan ini mengalami kontraksi yang cukup hebat, pasalnya di triwulan II tahun lalu pertumbuhan masih cukup baik yakni pada angka 5,07 persen.

Dirinya menjelaskan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga konstan pada triwulan II 2020 sebesar Rp 2.589,6 triliun.

Baca Juga: Rizal Ramli: Kok Bisa Menkeu Kayak Orang Bloon Gitu Bilang Belum Resesi

"Kalau dibandingkan dengan kuartal I 2020, maka ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -4,19 persen," ujarnya.

Sementara itu, kumulatifnya pada semester I 2020 mencapai 1,26 persen.

Pandemi Covid-19 kata dia benar-benar meluluhlantakkan ekonomi nasional, karena hampir seluruh kegiatan ekonomi terhenti karena penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Kita bisa melihat semua negara pada triwulan kedua mengalami kontraksi yang sama," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI