“Dari analisa perilaku, harimau baru lepas sapih dari induknya,” katanya.
Harimau itu selanjutnya dibawa ke Barumun Nagari Wildlife Sanctuary untuk direhabilitasi dan dipulihkan kondisinya.
Hotmauli mengatakan, harimau tersebut masih memiliki sifat liar. Saat bertemu dengan manusia, harimau langsung mengaum.
“Kondisinya agak lemah. Dari berat badan itu di bawah normal. Tapi secara keseluruhan tidak ada bekas jerat, dan dokter hewan yang mengawasi optimis, tidak terlalu lama kondisinya akan pulih,” ungkapnya.
Pihaknya sudah melaporkannya ke pusat dan melakukan diskusi dengan para pegiat-pegiat konservasi terkait penanganan harimau tersebut.
Pihaknya juga masih melakukan assesment terkait lokasi pelepasliaranya. Salah satunya di zona inti Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) untuk menghindari konflik.
Hotmauli menjelaskan, saat ini harimau sumatera ada sekitar 400-600 ekor populasi se-Sumatera.
Sementara di Sumut, jumlahnya sekitar 33 ekor dan tersebar di beberapa titik dan tidak selalu tersambung. Namun tidak semua harimau tersebut muncul di kawasan konservasi.
“Status di situ hutan lindung (HL) dan hutan produksi (HP). Tidak ada kawansan konservasi. Meski tutupannya banyak hutan, tapi APL yang bikin batasannya kan kita,” katanya menambahkan.
Baca Juga: Jadi Daya Tarik, Aksi Beri Makan Harimau di Taman Satwa Cikembulan