"Angkat tangan!," perintah anggota kepada Pendeta Yeremia.
Pendeta Yeremia sontak mengangkat tangan sembari menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan. Saat itu, dua anggota TNI tetap melakukan dua tembakan satu tembakan ke tangan kiri dan tembakan lainnya kearah dinding.
Pendeta jatuh lalu diduga ditusuk dengan pisau tajam pada bagian belakang badan.
Ketika langit sudah gelap, Mama memberanikan diri ke kandang babi untuk menjemput Pendeta Yeremia. Setibanya di sana, Mama mendapati Pendeta sudah tersungkur jatuh di atas tanah dalam keadaan fisik tergeletak di atas tanah, tengkurap (tubuh bagian depan menghadap ke tanah), berlumur darah.
Namun pendeta Yeremia saat itu masih bisa berkomunikasi. Ia menjawab pertanyaan Mama soal kejadian yang menimpanya.
"Orang yang kita kasih makan yang tembak dan tikam," ucap Pendeta Yeremia.
Akibat kejadian tersebut, Pendeta Yeremia mengalami luka tembak di bagian tangan kiri atas yang menyebabkan pendarahan yang cukup banyak. Haris juga menyebut berdasarkan hasil investigasi, pendeta Yeremia juga ditikam dengar pisau militer, sangkur di bagian belakang atas tubuhnya, bagian leher belakang.
Melihat kondisi tersebut, Mama pergi ke rumah Yulita Zanambani dan Yohana Bagobau warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi penembakan. Mama meminta kepada mereka untuk pergi ke kandang babi guna melihat dan menolong Pendeta Yeremia.
Mama kemudian pergi ke rumah Yusak Janambani, salah seorang warga Hitadipa, yang rumahnya berjarak cukup jauh dari kandang babi. Tujuan Mama ke sana ialah untuk meminta tolong.
Baca Juga: TNI Tembak Pengurus Gereja Papua, Picu Antipati ke Pemerintah Indonesia
Sesampainya di sana, Mama melihat banyak warga sedang di rumah Yusak, berdiam diri, karena rasa takut. Mama sampaikan bahwa Pendeta ditembak tentara kepada Yusak dan lainnya.