"Di bulan berikutnya kami tidak akan memberikan lagi (ke Alvin)," kata Hasan Chabibie dalam bincang media virtual, Selasa (29/9/2020).
Hasan menyebut hal tersebut bukanlah kesalahan data melainkan seluruh siswa, mahasiswa, guru, dan dosen yang terdaftar di Kemendikbud sudah secara otomatis mendapatkan bantuan, tanpa terkecuali.
"Pandemi ini tidak hanya menyasar satu dua kolompok. Oleh karenanya asumsi secara teknis semua melaksanakan pembelajaran jarak jauh, tapi ini jadi bahan evaluasi untuk tahap berikutnya. Kalau kuota sudah ter-deliver kan jelas tidak bisa ditarik. Tapi kami evaluasi lagi supaya program kami lebih tepat sasaran," jelasnya.
Alvin mengungkapkan, alasannya menolak sebsidi kuota Kemendikbud itu lantaran dirinya merasa tidak berhak mengingat kantor tempat dia bekerja juga telah menyediakan fasilitas internet untuknya.
"Kuota Internet Subsidi sepatutnya diprioritaskan untuk siswa SD s/d SMA, terutama mereka yang ekonominya kurang mampu," Alvin menyarankan.
Selain para mahasiswa dan murid sekolah, Alvin juga menyarankan agar para guru dan dosen turut dicatat sebagai sasaran penerima Kuota Internet Subsidi.
"Kuota internet lebih bermanfaat disalurkan kepada Guru dan Dosen untuk meringankan beban mereka dalam melaksankan PJJ," imbuh Alvin.
Ia menyayangkan karut marut pendataan nomor penerima bantuan Kuota Internet Subsidi dari Kemendikbud ini.
"Entah dimana kisruhnya. Yang pasti uang rakyat/ negara/ APBN yang untuk bayar kuota untuk saya jadi mubazir," pungkas Alvin.
Baca Juga: Problematika Bantuan Kuota Internet Kemdikbud
Diketahui, kuota internet ini akan diberikan kepada peserta didik dan pendidik tingkat PAUD, tingkat dasar dan menengah, mahasiswa serta dosen.