Bagaimana Jakarta Bebaskan Warga Dataran Rendah dari Langganan Banjir?

Rabu, 17 Februari 2021 | 15:00 WIB
Bagaimana Jakarta Bebaskan Warga Dataran Rendah dari Langganan Banjir?
Kepadatan pemukiman penduduk terlihat dari ketinggian di salah satu kawasan di Jakarta, Rabu (28/9/2016). [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Keberhasilan kanal pertama yang membentang dari wilayah Matraman hingga Karet dilanjutkan dengan memperpanjang pembangunan sistem drainase makro tersebut hingga mencapai Muara Angke hingga tuntas di 1919.

Lebih dari seratus tahun Kanal Banjir Barat beroperasi, pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah masih efektifkah kanal tersebut mengatasi banjir di masa kini?

Kanal Banjir Barat kini

"Tentu masih efektif juga sekarang. Karena air dari Bogor ya jalur airnya tetap lewat Kanal Banjir Barat," kata Sekretaris Dinas Sumber Daya Air Jakarta Dudi Gardesi saat ditanyai mengenai peran Kanal Banjir Barat di masa kini.

Desain Kanal Banjir Jakarta sedari awal sudah dirancang untuk jangka panjang, setidaknya diperhitungkan dari lebar saluran dan kemampuan menampung banyaknya air yang akan mengisi kanal.

Salah satu langkah Pemprov DKI Jakarta menjaga peninggalan era “kumpeni” itu adalah menjaga agar kapasitas Kanal Banjir Barat menampung air tidak berkurang dan justru dapat meningkat.

Dalam sebuah buku berjudul Mengapa Jakarta Banjir dijelaskan salah satu langkah yang diambil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2006 di era Gubernur Sutiyoso adalah mengganti tembok di kedua sisi Kanal Banjir Barat dengan beton yang semula hanya berupa tanah.

Dengan penggantian bahan tembok Kanal Banjir Barat maka kapasitas saluran menampung air yang sebelumnya berkurang karena terjadi pendangkalan menjadi bertambah.

Pakar Bioteknologi Lingkungan Universitas Indonesia Firdaus Ali turut mendukung pernyataan Dinas SDA Jakarta, ia mengatakan tanpa Kanal Banjir Barat saat ini, kawasan Jakarta Pusat mungkin saja sudah terendam dan tidak bisa dihuni.

Baca Juga: Anies Bakal Gusur Warga di Daerah Rawan Banjir, Dipindah ke Rusun

"Kalau enggak ada itu, kita bisa lumpuh total," kata Firdaus Ali dengan nada yang serius menjelaskan peran besar Kanal Banjir Barat mencegah Jakarta tenggelam.

Namun Kanal Banjir Barat tidak selalu bekerja sempurna mengendalikan banjir di Jakarta, terbukti pada 2007 saat Kanal Banjir Jakarta di sisi timur belum ada, kapasitas kanal yang hanya mampu menampung 500 meter kubik per detik itu kewalahan menampung curah hujan maksimal 340 milimeter per hari sehingga menghasilkan volume hingga 750 meter kubik per detik.

Oleh karena itu, bersamaan dengan setahun operasional Kanal Banjir Timur, Pemerintah Pusat memutuskan membangun satu pintu air baru di kawasan Jakarta Pusat yang dikenal dengan nama Pintu Air Karet yang melengkapi Pintu Air Manggarai pendahulunya.

Penambahan Pintu Air Karet ini berdampak pada kapasitas saluran Kanal Banjir Barat menjadi 734 meter kubik per detik.

"Jadi untuk debit maksimum, saat ini kita masih mengandalkan Kanal Banjir Barat," ujar Firdaus Ali.

Integrasi dua kanal

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI