Clubhouse Jadi Sarana Pengunjuk Rasa Pro-Demokrasi di Thailand

Jum'at, 26 Februari 2021 | 07:36 WIB
Clubhouse Jadi Sarana Pengunjuk Rasa Pro-Demokrasi di Thailand
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pelanggarnya bisa dijerat dengan Undang-Undang Lese Majeste dengan ancaman pidana 3-15 tahun penjara.

Namun, kini raja dan monarki telah menjadi sasaran kritik yang lebih luas sejak munculnya gerakan protes pro-demokrasi yang dipimpin golongan muda tahun lalu.

Mereka menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, serta menuntut konstitusi baru dan reformasi monarki.

Clubhouse menghubungkan gerakan protes

"Saat Anda pergi berunjuk rasa, Anda hanya dapat berbicara dengan mereka yang ada di sekitar dan mendengarkan para pemimpin, yang pidatonya terkadang mengecewakan," kata Pla, pengguna Clubhouse yang mulai menggunakan aplikasi di sekitar waktu yang sama dengan Pavin, kepada DW.

Clubhouse seperti "protes berskala kecil, tetapi jika kami tidak setuju dengan sesuatu, kami dapat mengangkat tangan. Ini interaktif dan membantu menyebarkan ide dengan lebih cepat," tambahnya.

Dikembangkan oleh perusahaan piranti lunak yang berbasis di California, Alpha Exploration Co, Clubhouse memungkinkan penggunanya memasuki ruang obrolan langsung.

Pengguna bisa mendengarkan atau bergabung dalam percakapan dengan mengangkat tangan virtual mereka untuk naik ke panggung.

Ruang obrolan menghilang saat diskusi berakhir. Platform tersebut menjadi jalan bagi tokoh-tokoh gerakan pro-demokrasi untuk terhubung dengan pendukunga.

Baca Juga: Peluncuran Clubhouse Android Kian Dekat

Peserta obrolan pertama Pavin berjumlah 300 pengguna pada hari dia bergabung. Bahkan setelah Clubhouse mengizinkan pengguna di ruang obrolan melebihi batas 5.000 orang dalam beberapa hari terakhir, beberapa ruang sekunder lainnya diperlukan untuk memenuhi permintaan pendengar.

REKOMENDASI

TERKINI