Kisah AKP Makruf Menyatu dengan Suku Kanum, Atasan Bingung Memindahkannya

Siswanto Suara.Com
Sabtu, 27 Februari 2021 | 18:03 WIB
Kisah AKP Makruf Menyatu dengan Suku Kanum, Atasan Bingung Memindahkannya
AKP Makruf Soeroso bersama Kepala Suku Kanum, Sota Marthen Ndiken. (ANTARA/HO/Orang Ketiga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perkembangan Sota, kampung kecil di wilayah Kabupaten Merauke, Papua, yang berada di perbatasan RI dan Papua Nugini tidak lepas dari peran AKP Makruf Soeroso, lelaki kelahiran Magelang 53 tahun yang bertugas di wilayah itu selama 28 tahun.

Makruf lulusan dari Sekolah Polisi Negara Jayapura tahun 1989, pertama kali bertugas di Sota tahun 1993 saat berpangkat sersan satu atau brigadir satu (briptu) saat ini.

Saat itu tugu MM13 yang menjadi tanda batas antara RI-PNG diselimuti tanaman liar hingga menggerakkan dirinya untuk membersihkan dibantu masyarakat dan rekan-rekannya.

Bahkan listrik di Sota hanya menyala enam jam, yakni dari pukul 18.00 WIT hingga pukul 24.00 WIT, namun terkadang tidak sesuai jadwal karena keterbatasan BBM sehingga warga dan anggota TNI-Polri yang bertugas di kawasan itu terpaksa menggunakan lampu templok atau petromaks. Untuk mencapai Sota, butuh waktu lebih lama dibanding saat ini yang dapat ditempuh sekitar satu jam dari Merauke .

Namun, secara perlahan situasi dan kondisi dimana tugu batas dua negara berada sudah dibenahi dengan cara membersihkan semak belukar serta menanaminya dengan berbagai jenis tanaman buah-buahan mulai kelapa, mangga, nangka dan membuat taman hingga kawasan itu berubah dan menjadi lokasi wisata bagi warga Merauke sekitarnya termasuk dari luar kota.

Sekitar 500 meter dari tugu perbatasan terdapat rumah Makruf dan keluarganya tinggal hingga kini.

"Saya hampir lupa bila sudah 28 tahun bertugas di Sota karena awal tugas sejak tahun 1993 lalu saat berpangkat sersan satu saat itu atau brigadir satu (briptu), dan sempat pindah ke Polres Merauke, namun cuman setahun dan kembali lagi ke Sota setelah masyarakat minta kembali bertugas di Polsek Sota," kata lelaki yang menerima penghargaan kenaikan istimewa dari Kapolri tahun 2012.

Diakuinya, selama bertugas di tapal batas RI-PNG banyak mendapat dukungan dari warga masyarakat, khususnya Suku Kanum yang mendiami Sota dan mereka berharap dapat terus bertugas di wilayah itu hingga purna tugas sebagai anggota Polri karena walaupun dirinya lahir di Magelang, namun sejak berusia tiga tahun sudah dibawa ke Nabire hingga menamatkan SMA dan mendaftar menjadi anggota Polri.

"Saya bukan lagi orang Jawa karena sudah merasa menjadi orang Papua dan tidak ada keinginan menghabiskan masa tua nantinya di Jawa," kata suami dari Titi Handayani seraya berangan kawasan Sota jadi tempat wisata utama di Merauke.

Baca Juga: Kapolri: Warga dari Sabang sampai Merauke Tak Perlu Ragu Ikut Vaksinasi

Permintaan masyarakat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI