Bakat mulai berani bertandang ke rumah Yani di Boyolali setelah berkenalan dengan orangtua Yani pada waktu menjenguk ke asrama.
Lampu hijau yang didapat dari keluarga Yani membuat Bakat semakin percaya diri dalam usaha mendapatkan hati Yani. Apalagi, beberapakali keluarga Yani mengundangnya untuk main ke rumah di Boyolali.
“Ayo tole Bakat dolan nyanggone nduk Yani piye,” kata Bakat menirukan undangan dari orangtua Yani.
Merasakan jalur yang ditempuh semakin lapang, pada suatu hari, Bakat memberanikan diri berkunjung ke Boyolali.
“Dua kali main ke rumah. Kalau orang lain mau main, saya nggak bolehin. Tapi dia datang sendiri,” kata Yani.
“Dulu jalan ke rumah saya jelek sekali mas, tapi dia nekat. Jalan ke sana tanah liat, kalau hujan tanah nempel ke kita. Dia nekat. Oh berarti emang sudah niat.”
Saya tanya ke Yani, bagaimana akhirnya bisa jatuh hati kepada Bakat, padahal sebelumnya sama sekali tidak punya rasa.
Yani tidak tahu persis kenapa kemudian bisa timbul perasaan suka kepada seorang Bakat. Padahal, sejak awal masuk asrama pendidikan Pajang, cita-citanya cuma satu: sekolah dan lulus untuk modal masa depan.
Yani -- yang dasarnya suka berkelakar -- kemudian teringat suatu pengalaman menerima makanan yang diberikan Bakat.
“Nggak tahu itu saya dikasih apa. Dikasih lemper yang dikasih jampi-jampi, mungkin. Kan waktu itu saya nggak mikir bisa terjadi begitu (menyukai Bakat).”
Baca Juga: Kisah Tunanetra: Hilang Penglihatan, Putus Asa sampai Temukan Titik Balik
Tapi Bakat buru-buru menepis telah menggunakan jampi-jampi untuk memikat Yani.