Bocah di Daerah Konflik Diajari Bunuh Orang Sebelum Mereka Bisa Menghitung

Rabu, 30 Juni 2021 | 12:28 WIB
Bocah di Daerah Konflik Diajari Bunuh Orang Sebelum Mereka Bisa Menghitung
Anak-anak di wilayah konflik [DW]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sepanjang tahun 2020, PBB mencatat 24.000 kasus pelanggaran HAM berat berupa pembunuhan, penyanderaan, pemerkosaan atau perekrutan serdadu anak di seluruh dunia. Korbannya berjumlah 19.300 anak-anak di 21 wilayah konflik.

Angka korban terutama mencuat di empat negara, yakni Afghanistan, Suriah, Yaman dan Somalia. Di sana sebanyak 8,400 anak-anak dilaporkan tewas atau mengalami cacat akibat perang.

Adapun 7.000 anak-anak di dunia saat ini dipaksa berperang di Kongo, Somalia, Suriah dan Myanmar, lapor PBB.

Tahun lalu, angka kejahatan pemerkosaan dan tindak kekerasan seksual lain melonjak 70 persen dibandingkan 2019.

Sementara kasus penculikan meningkat 90% pada periode yang sama. PBB mencatat, serangan berdarah terhadap sekolah atau rumah sakit "masih terlalu sering terjadi.”

Henrietta Fore, Direktur UNICEF, mengatakan laporan itu menggarisbawahi kerusakan jangka panjang yang dialami anak-anak korban perang.

Menurutnya, konflik saat ini berdurasi lebih lama, semakin rumit dan berdarah. "Rata-rata dalam lima tahun terkahir, setiap hari PBB memverifikasi setidaknya 70 anak-anak yang mengalami pelanggaran HAM berat,” kata dia.

Pertemuan DK PBB yang kali ini dikepalai Estonia menitikberatkan agenda pada dampak perang terhadap anak-anak di Yaman, pembunuhan anak-anak oleh junta militer di Myanmar dan pembantaian terhadap 150 anak-anak di Afghanistan selama tiga bulan pertama pada 2021.

Laporan yang disusun kantor sekretaris jendral PBB itu menyebutkan bocah perempuan "mewakili 98% korban kekerasan seksual,” kata Presiden Estrtonia, Kersti Kaljulaid.

Baca Juga: Penampakan Sumur Neraka Tempat Setan Kumpul di Yaman

Menurutnya, fenomena ini "merupakan tantangan terbesar yang akan kita hadapi di dekade ke depan,” dan wabah corona hanya memperburuk situasi kaum perempuan dan anak-anak di dunia. rzn/hp (ap, afp)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI