Menjaga Sekeping Surga di Timur Indonesia, Padang Lamun Raja Ampat Terancam Rusak

Kamis, 02 September 2021 | 17:36 WIB
Menjaga Sekeping Surga di Timur Indonesia, Padang Lamun Raja Ampat Terancam Rusak
Padang lamun di perairan Raja Ampat, Kampung Waigama, Distrik Misool Utara, Papua barat, dipotret dari udara. [Rivaldo Patty/FFI]

Suara.com - Rusaknya lamun atau tanaman khas laut dangkal di perairan Raja Ampat membuat semakin tingginya risiko lenyapnya ekosistem ikan serta bencana alam. Bagaimana warga berupaya mencegah hal itu?

ABDUL Saman Rumadaul, pertengahan Juli lalu, dikejutkan oleh fenomena pasang surut laut mencapai sekitar 200 meter dari bibir pantai Kampung Waigama, Distrik Misool Utara, Raja Ampat, Papua Barat.

Waktu surut pun tak normal. Biasanya, air surut hanya berlangsung hingga siang hari, tapi saat itu masanya lebih panjang, hingga sore hari. Abdul mengatakan baru sekali itu terjadi selama puluhan tahun tinggal di Waigama.

“Pasangnya panjang. Ini jarang terjadi,” kata Abdul kepada Suara.com, Senin 2 Agustus 2021. 

Abdul tak diam, ia mengabarkan peristiwa tersebut kepada rekan-rekannya. Nelayan di wilayah Kepulauan Raja Ampat ini juga mengabarkan fenomena tersebut kepada pemerintah.

Namun, hingga saat ini, belum diketahui apa penyebab pasang surut laut tersebut. “Ini ada keanehan. Surutnya panjang, padahal pasangnya tidak panjang,” kata Abdul.

Fenomena alam lain yang dialami Abdul terjadi pada Oktober 2020. Saat, air laut memanas kala dirinya sedang memancing ikan.

Akibat pemanasan air, terumbu karang diselimuti bercak putih. Pemanasan air laut itu juga berdampak padang lamun. Tidak sedikit lamun mengapung di laut.

“Karena terlalu panas, padang lamun muncul di atas permukaan laut. Itu sering terjadi. Kami juga menemukan lamun hanyut dan mati karena air memanas,” kata dia.

Baca Juga: Wapres Ajak Wisata ke Raja Ampat dengan Prokes, Tuai Kritikan Publik

Padang lamun di perairan Raja Ampat, Kampung Waigama, Distrik Misool Utara, Papua barat, dipotret dari udara. [Rivaldo Patty/FFI]
Padang lamun di perairan Raja Ampat, Kampung Waigama, Distrik Misool Utara, Papua barat, dipotret dari udara. [Rivaldo Patty/FFI]

Lamun adalah tumbuhan yang biasa disebut seagrass, yang hidup dan tumbuh di bawah permukaan laut dangkal.

Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional atau National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA), Amerika Serikat, sempat memperingatkan Indonesia akan adanya kenaikan suhu permukaan air laut berkisar 2-3 derajat celsius di wilayah Raja Ampat, Papua Barat pada 20 Oktober 2020.

Berdasarkan pengukuran berbasis citra satelit, NOAA menyebutkan adanya pemutihan terumbu karang.

Estimasi pemanasan air laut tersebut diperkirakan terjadi dalam kurun waktu 7 hari. Akibatnya, fase pemutihan terumbu terjadi kurun waktu empat bulan lamanya. Setelah itu, diperkirakan terumbu karang mati.

Tapi di Raja Ampat, selain disebabkan pemanasan suhu permukaan laut, kerusakan lamun juga terjadi karena ulah manusia.

Abdul menduga, penggunaan bom oleh sejumlah nelayan jadi penyebab ekosistem lamun dan terumbu karang hancur. Saban melaut, dia masih sering menemukan sisa-sisa penggunaan bom di perairan Raja Ampat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI