Polisi Federal Jerman Diam-diam Beli Spyware NSO Pegasus Israel

Rabu, 08 September 2021 | 18:33 WIB
Polisi Federal Jerman Diam-diam Beli Spyware NSO Pegasus Israel
[DW Indonesia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di saat supremasi hukum membatasi penggunaannya, teknologi yang tersedia terus berkembang, nyaris tanpa batasan.

Pemerintah Jerman telah ditanyai secara khusus tentang penggunaan spyware NSO tiga kali dalam beberapa tahun terakhir, namun secara tegas menolak untuk menjelaskan penggunaannya, audit maupun pengawasan tentang hal itu.

Dalam pernyataan tertulis menjawab pertanyaan dari anggota tim penyidik resmi, anggota parlemen Partai Kiri, Martina Renner, BKA menyebutkan hak parlemen atas informasi berkonflik dengan "kepentingan kerahasiaan sesuai konstitusi demi kesejahteraan negara dalam kasus-kasus luar biasa."

Mengapa NSO dan Pegasus kontroversial?

NSO menjual alat pengawasan Pegasus kepada polisi dan badan intelijen secara global. Perangkatnya sangat canggih, sehingga dapat memata-matai iPhone dan smartphone Android secara real time, mengaktifkan fungsi mikrofon dan video untuk merekam percakapan, pengaturan, membaca data lokasi dan mengurai enkripsi pada pesan obrolan. BKA memulai negosiasinya dengan NSO pada tahun 2017.

Selama bertahun-tahun, BKA telah menggunakan perangkat lunak pengawasan buatan internalnya sendiri, tetapi software ini rumit dan ketinggalan zaman, itulah sebabnya pihak berwenang Jerman itu beralih ke NSO.

Pegasus memanfaatkan kerentanan dalam sistem keamanan smartphone, ibaratnya untuk membuka kotak Pandora peangkat pengawasan yang melanggar privasi. Yang lebih meresahkan lagi adalah, tidak diketahui siapa yang menjadi sasaran pemerintah di seluruh dunia yang telah membeli alat tersebut.

Pada bulan Juli, sebuah konsorsium organisasi media berita termasuk Die Zeit melaporkan penyalahgunaan ekstensif teknologi, yang datanya iambil dari daftar target potensial pada tahun 2016 yang mencakup lebih dari 50.000 nomor telepon.

Target tersebut antara lain para aktivis hak asasi manusia, jurnalis dan pengacara serta selusin kepala negara, beberapa menteri pemerintah dan diplomat senior. Analisis teknis ponsel beberapa orang yang dijadikan target, mengungkapkan ponsel mereka telah berhasil diretas menggunakan perangkat lunak Pegasus.

Baca Juga: Bantai Israel, Denmark Kian Dekat Amankan Tiket Piala Dunia 2022

Bagaimana reaksi Jerman?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI