Eks PM Australia John Howard: Saya Tak Pernah Buat Komentar Anti-Islam

Reza GunadhaABC Suara.Com
Selasa, 14 September 2021 | 16:07 WIB
Eks PM Australia John Howard: Saya Tak Pernah Buat Komentar Anti-Islam
Tragedi menara kembar World Trade Centre (WTC) Amerika Serikat pada 11 September 2001. (www.dangerdolan.tv)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Jika Anda melihat apa yang saya katakan di Parlemen (saat itu), saya ingin agar kita memperlakukan Muslim di Australia dengan baik, benar, dan seperti kita memperlakukan orang lain," ujarnya.

"Saya sepenuhnya menolak tuduhan bahwa saya memiliki permusuhan terhadap orang-orang Islam," tegasnya.

Namun sejumlah pemuka masyarakat Islam saat itu mengecam keras komentar dari John Howard yang menjabat perdana menteri.

"Menyatakan Muslim adalah ekstremis dalam masyarakat kita, atau menyatakan siapa pun kecuali sebagian kecil Muslim di Australia bertindak seperti itu, atau bahwa Muslim sebagai sebuah kelompok tidak dapat beradaptasi dengan Australia, adalah argumen yang tidak valid, menyinggung dan bodoh," kata juru bicara Dewan Islam NSW di Sydney, Ali Roude, saat itu.

Beberapa tahun sebelum serangan 11 September, John Howard juga pernah menggambarkan burqa yang dikenakan sebagian perempuan Muslim sebagai sebuah ancaman.

Berlakukan perjanjian ANZUS

John Howard berada di Washington DC pada hari terjadinya serangan 9/11 dan mengaku melihat asap dari gedung Pentagon di dekatnya setelah pesawat ketiga yang dibajak menabraknya.

Kurang dari sebulan kemudian, Presiden AS George W. Bush mengumumkan serangan militer ke Afghanistan, setelah Taliban yang berkuasa di sana menolak untuk menyerahkan pemimpin al-Qaeda, Osama bin Laden.

Howard memberlakukan Perjanjian ANZUS, pertama kali dan satu-satunya dalam sejarah Australia, yang menyatakan, "Jika salah satu dari AS atau Australia diserang, maka yang satunya akan bertindak sebagai sekutu."

"Saya pikir ketika hal seperti ini terjadi, kita harus mendukung teman-teman kita. Itulah mengapa saya berpikir kenapa Australia harus membantu dan mendukung Amerika Serikat," tambahnya.

Baca Juga: Anak Usia 12-15 Tahun Bakal Disuntik Vaksin COVID-19 di Australia

Bentuk dukungan ini berupa pengiriman lebih dari 26.000 tentara Australia ke 'perang melawan teror' selama 20 tahun, dengan 41 orang di antaranya kehilangan nyawa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI