Al Jazeera melaporkan jika 11 gajah tersebut telah berhasil direhabilitasi dan kembali memiliki berat badan yang ideal.
Hampir bernasib sama seperti BEC, Tasta Wildlife Park beroperasi dalam bayang-bayang kerugian, tetapi terus memastikan semua hewannya diberi makan dengan baik.
BAWA mengungkapkan jika tiga taman gajah lainnya di Bali yakni Mason, Bali Zoo dan Bali Safari and Marine Park, juga kesulitan secara finansial, namun tetap berjuang memberi makan gajah mereka.
Suaka Etis
Nasib gajah yang kurang makan di Bali karena pandemi menghidupkan kembali seruan untuk memikirkan kembali pariwisata gajah di pulau itu.
Sebuah kelompok advokasi yang dibuat sebelum pandemi oleh wisatawan yang tidak suka dengan kondisi gajah di Bali mengungkapkan jika tidak ada suaka yang etis.
"Tidak ada suaka etis yang diketahui di Bali," jelas Bali Elephant Paradise Hell di situs web mereka sebelum pandemi.
"Gajah-gajah sering dirantai untuk waktu yang lama ketika tidak melakukan pertunjukan yang mengerikan atau dinaiki, hidup dalam ketakutan ditikam dengan bullhook dan ditolak untuk melakukan sesuatu yang alami bagi mereka," jelasnya.
Haas mengatakan semua masalah ini diciptakan oleh permintaan dari wisatawan untuk naik dan menunggani gajah.
Baca Juga: Jelang Timnas Indonesia vs Taiwan, Pelatih Bali United Puji Kualitas Yabes Roni
"Satu wahana itu, satu selfie itu, itu berarti hukuman seumur hidup untuk hewan-hewan ini dan sekarang setelah Covid melanda, itu bahkan lebih buruk karena tidak ada lagi uang masuk dan beberapa gajah kelaparan," jelas Haas.