Menurutnya, sebagai upaya mengendalikan pandemi menjadi endemi, terdapat 2 gerakan yang dapat dilakukan. Gerakan defensif berupa ikhtiar menurunkan laju penularan, serta gerakan ofensif yakni meningkatkan kapasitas respon melalui penguatan 3T.
Untuk itu, gerakan maskerisasi agar masyarakat terus memakai masker dengan benar, harus tetap digaungkan dan tidak boleh berhenti.
Campaign Director Gerakan Pakai Masker, Fardila Rachmilliza juga menegaskan hal yang sama.
Masyarakat harus terus diingatkan untuk memakai masker meskipun sudah divaksin, apalagi yang belum. Kita ingatkan fakta, bahwa disiplin memakai masker menurunkan risiko penularan hingga 80% dan vaksinasi lengkap bisa menurunkan risiko kematian 73%,” jelas Dilla. Menurutnya, memakai masker sama seperti memakai baju sehingga harus selalu dikenakan saat bertemu orang lain.
“Penurunan level PPKM yang membuka pelonggaran ini harus diiringi Prokes ketat, kalau perlu,
lakukan tes swab antigen sebelum berkumpul,” kata Dilla.
Kewaspadaan memang tidak boleh ditanggalkan. Founder & CEO Young on Top (YOT), Director Kejora-SBI Orbit Indonesia, Billy Boen, mengungkapkan bahwa jangan sampai masyarakat berpikir pandemi telah usai kemudian mengendorkan perlindungan kesehatan.
Ia berharap, semua orang terutama anak muda yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia, tetap peduli dan mendukung program-program pemerintah dalam penanganan pandemi, karena ancaman munculnya gelombang ketiga masih ada di sekitar kita.
Masa pandemi, menurut Billy, memang menyulitkan sebagian pelaku usaha. Namun ada juga yang mendapatkan kemudahan, seperti mereka yang bergerak dalam sektor digital. Kepada para pelaku usaha agar dapat bertahan di masa transisi, Billy memberikan saran.
"Jaga keuangan, siapkan dana darurat. Selain itu, digitalisasi bidang apapun, baik jasa maupun produk harus masuk ke ranah digital," katanya.
Baca Juga: Pemerintah Kota Bekasi Target Herd Immunity Capai 90 Persen Oktober Ini