Demokrasi dan Hoaks di Era Digital, Begini Cara Menyikapinya dengan Bijak

Selasa, 14 Desember 2021 | 16:47 WIB
Demokrasi dan Hoaks di Era Digital, Begini Cara Menyikapinya dengan Bijak
Demokrasi dan Hoaks di Era Digital. (Dok: Kominfo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di tingkat hilir, Kementerian Kominfo berkolaborasi dengan pihak kepolisian guna mencegah penyebaran informasi yang salah dan menyesatkan di ruang digital.
Polri juga memiliki Virtual Police, yang bertujuan untuk memonitor, mengedukasi, memberi peringatan dan mencegah masyarakat dari potensi tindak pidana siber.

"Kami munculkan virtual police sebagai upaya memberikan peringatan. Kalau masih dilakukan, resikonya akan melanggar undang-undang. Virtual Police dan Visual Alert hadir untuk menghilangkan kesan polisi yang represif, dan mengedepankan upaya preemtif dan preventif, inilah wajah baru kami dalam penegakan hukum dunia maya," Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menerangkan.

Pendekatan-pendekatan di atas tersebut sifatnya pentahelix, yakni melibatkan instansi pemerintah, komunitas akar rumput, media konvensional, masyarakat sipil, serta akademisi.

Kenali dan Hadapi Hoaks dengan Bijak
Tapi menghadapi hoaks bukan hanya peran pemerintah. Masyakarat pun diharapkan semakin bijak menangkal hoaks. Terdapat beberapa langkah sederhana untuk membantu netizen mengidentifikasi menghindar dari berita hoaks:

Judul Provokatif
Hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif. Meskipun isinya terlihat disadur dari berita resmi, namun isinya diubah agar menimbulkan persepsi tertentu yang diinginkan pembuat hoaks. Saat menemukan berita semacam ini, carilah referensi lain dari situs resmi dan bandingkan isinya.

Cermati alamat situs
Jika informasi diperoleh dari situs dengan link, cermatilah alamatnya. Jika belum terverifikasi sebagai institusi media resmi atau blog, informasinya bisa jadi meragukan. Di Indonesia, lebih dari 43.000 situs mengklaim diri sebagai portal berita, namun yang terverifikasi tidak sampai 300 saja. Potensi menyebarkan berita palsu di internet sangat besar dan harus diwaspadai.

Periksa fakta
Dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi? Jika berasal dari pegiat ormas, tokoh atau pengamat, perhatikannya keberimbangan sumbernya. Berita juga harus dibedakan, mana yang fakta dan opini. Opini biasanya memiliki kecenderungan bersifat subjektif.

Cek keaslian foto dan video
Tak hanya teks yang bisa dimanipulasi dan menjadi hoaks, konten lain berupa foto dan video pun kerap diedit untuk memprovokasi pembacanya. Cek keaslian foto melalui Google dengan melakukan drag-and-drop di Google Images. Gambar serupa akan muncul, sehingga bisa dibandingkan.

Ikut grup diskusi anti-hoaks

Baca Juga: Kominfo Dorong Pengembangan Smart City di Indonesia

Sudah cukup banyak fanpage dan grup diskusi anti hoaks, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI