Kadang-kadang ketika sedang gundah, dia menyesal kenapa dulu mau dijodohkan dengan lelaki yang kini jadi suaminya. Dia teringat anggota TNI yang dekat dengannya. Teringat masa mudanya yang sehat dan aktif.
Jika sedang bimbang, dia berusaha mengingat pengalaman hidup ibu C sesama orang dengan HIV yang pernah curhat di ruang tunggu RS.
Ibu C menyimpan ketakutan jika membayangkan masa hari tuanya nanti. Sampai di atas usia 40 tahun dia belum punya anak. Siapa yang akan merawatnya kelak.
Ibu C sudah tiga kali kawin. Suami pertama yang menularkan HIV sudah meninggal dunia. Suami kedua juga meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas.
Sekarang dia hidup dengan lelaki ketiga -- seorang duda dengan dua anak. Suami ketiga ini tidak bekerja dan menggantungkan semuanya kebutuhan ekonomi kepada penghasilan ibu C.
Ibu berjilbab berusaha menguatkan hati ibu C. Apapun yang terjadi harus tetap tegar. Tetap berjuang untuk semangat agar daya tahan tubuh ikut kuat.
Banyak lagi pengalaman hidup dari orang dengan HIV yang didapatkan ibu berjilbab.
Pengalaman-pengalaman itu biasanya didapat setiap kali antre mengambil obat di RS. Sesama orang dengan HIV suka berbagi cerita.
Dengan berbagi cerita dan mendengarkan perjuangan yang lain serta bagaimana mereka bangkit, memberikan semangat tersendiri.
Baca Juga: Kisah Sopir Bajaj Perempuan: Berani Lawan Pelecehan, Berteman dengan Preman
Pengalaman ibu C menjadi suntikan semangat bagi ibu berjilbab.
Dia ingin anaknya merasa selalu mendapatkan pendampingan. Dia berharap kelak anaknya berhasil dalam studi.
Maka itu dia memelihara kesehatan sebaik-baiknya untuk memperpanjang hidup.
Hanya dia dan suami yang tahu
Sampai bertahun-tahun, ibu berjilbab menutup-nutupi keadaan rumah tangganya di hadapan ibunda yang sudah menua.
Dia dan suami juga merahasiakan jika mereka positif HIV.