Suara.com - Pada akhir bulan Desember lalu, lonjakan kasus COVID varian Omicron terjadi di berbagai wilayah di Australia. Bagaimanakah cara mereka yang tanpa tes mengetahui pernah tertular virus ini atau tidak?
Tak semua orang yang mengalami gangguan di tenggorokan sempat melakukan tes antigen maupun PCR.
Fakta bahwa Omicron hanya menyebabkan gejala ringan dalam sebagian besar kasus pada orang yang sehat cukup menenangkan mereka karena hanya perlu isolasi sampai gejalanya hilang.
Kini banyak orang mulai bertanya-tanya apakah mereka mungkin pernah terjangkit COVID dan bagaimana cara mengetahuinya dengan pasti?
Beban kasus tersembunyi
Pada masa puncak wabah Omicron di Australia, jumlah kasus sebenarnya di masyarakat diperkirakan jauh lebih tinggi dibanding angka resmi.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya tes mandiri yang dilakukan oleh mereka yang mengalami gejala ringan atau tanpa gejala, atau yang tak melakukan tes sama sekali.
Pakar epidemiologi Profesor Tony Blakely dari Melbourne School of Population and Global Health menyebutkan, untuk setiap orang yang dites positif, diperkirakan ada empat kasus lainnya yang tak tercatat.
"Ada beberapa alasan, yaitu sistem pengawasan yang berantakan, orang dengan gejala ringan tak melaporkan diri, serta orang tanpa gejala sama sekali tak dites," jelasnya.
Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan Internasional memperkirakan antara 80-90 persen kasus Omicron tidak menunjukkan gejala atau hanya gejala yang sangat ringan.
Baca Juga: Didominasi Varian Omicron, Kasus COVID-19 di Kota Bandung Nyaris Tembus 2.000
Profesor Blakely mengatakan Australia "sangat meremehkan" jumlah kasus sebenarnya di masyarakat.
Pekan lalu, tes PCR secara acak di Gold Coast, Queensland, menemukan 90 persen orang yang dites hasinya positif dan mereka tidak tahu bahwa mereka terjangkit Omicron.
"Secara hitungan kasar setelah gelombang sekarang ini, sekitar setengah dari populasi akan terinfeksi," ujar Profesor Blakely.
Epidemiolog menggunakan berbagai cara untuk memperkirakan jumlah kasus sebenarnya, termasuk data rawat inap di RS dan proporsi hasil positif dari tes PCR.
Cara lain yaitu studi serologis dengan menyaring sampel darah dari berbagai sumber untuk antibodi yang menunjukkan paparan virus di masa lalu.
Pada tahun pertama pandemi, Kirby Institute menjalankan tiga studi serologis, yaitu di New South Wales, studi nasional, dan terakhir di wilayah metropolitan Melbourne.