Membaca teguran itu, sang ibu menjelaskan dengan sabar mengenai sepeda yang dibeli sang anak. Ia mengatakan harga itu memang wajar untuk sepeda lipat yang diinginkan putrinya.
"Udah standar harga sepeda lipat segitu bu," jelas sang ibu.
Namun, sang tetangga tidak mau mendengar penjelasan itu. Ia justru mengamuk karena anaknya tidak berhenti menangis menginginkan sepeda lipat serupa.
Bahkan, ia sampai menuduh anak ibu itu sengaja memamerkan sepeda baru dengan melintasi depan rumahnya. Tetangga ini pun kembali menegur kenapa ibu itu tidak membelikan sepeda biasa, alih-alih sepeda lipat.
"Anak saya jadi nangis gara-gara Firda kalau naik sepeda sengaja lewat depan rumah. Ya nggak perlu sepeda lipat juga bisa kan? Kasihan anak-anak yang nggak mampu beli," balas tetangga emosi.
Kemarahan tetangga itu akhirnya membuat sang ibu menjadi kesal. Ia menyebut anaknya lewat di depan rumah tetangga karena memang itu satu-satunya jalan untuk bermain sepeda.
"Bukan sengaja lewat bu, kan emang jalan satu-satunya emang lewat depan rumah ibu," bela ibu ini.
Sang ibu juga mengungkap jika putrinya sendiri yang meminta sepeda lipat. Ia menegaskan selama dirinya mampu membeli, maka keinginan sang anak akan dipenuhi.
"Ya gimana bu, anak saya mintanya sepeda lipat. Selagi saya mampu, ya kenapa enggak," lanjutnya.
Tak sampai di situ, ibu ini juga menegur sang tetangga yang justru menyalahkannya. Ia menyarankan sang tetangga seharusnya memberikan pengertian ke anaknya dengan baik, bukan menyalahkan orang lain seenaknya.