Negara-negara di Eropa timur seperti Polandia, Latvia, Lithuania, Moldova, yang memiliki perbatasan langsung dengan Rusia telah bergabung menjadi anggota NATO.
Hasutan dan provokasi AS - NATO telah membuat hubungan damai antara kedua rakyat, Ukraina dengan Rusia rusak.
Demikian pula dengan hasil-hasil modernisasi pembangunan di era sebelumnya, hancur dan beralih kepada pembangunan ekonomi neoliberal kapitalistik yang menghancurkan standar hidup rakyat di Ukraina, Rusia dan Eropa timur maupun Eropa tengah.
Kedua rakyat dan bangsa yang sebelumnya bersahabat, hidup rukun dan damai, sekarang hancur karena hasutan dan provokasi perang berkelanjutan dari AS - NATO sebagai usahanya untuk mempertahankan dominasi serta mencegah kebangkitan negeri imperialisme lainnya, yaitu Rusia dan China.
"Dalam pandangan GSBI, imperialisme adalah perang dan merupakan momok yang mengancam peradaban agung umat manusia. Karena itu, imperialisme harus dihancurkan. Perang yang pecah di Ukraina, merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sekaligus sebagai kelanjutan perang agresi maupun perang proksi Imperialis," kata Yanti.
Menurut Yant, semua itu adalah usaha negeri-negeri imperialis memperebutkan dominasi dan hegemoni politik, ekonomi serta militer di berbagai kawasan di dunia. Itu seperti terjadi di Irak, Libya, Yaman, Afganistan, Suriah.
"Tak terkecuali tindakan-tindakan provokasi dan hasutan perang di Laut Cina Selatan, semenanjung Korea, Afrika maupun kawasan latin Amerika."
Karenanya, krisis di Ukraina telah menambah deretan bencana kemanusiaan yang menyedihkan akibat perang yang dilancarkan negeri-negeri Imperialis pada periode-periode sebelumnya.
Kenyataannya tidak hanya rakyat di Ukraina, tapi semua rakyat dan bangsa Rusia, Donetsk, Luhansk, Krimea, Eropa timur dan Eropa tengah, menjadi korban dan harus menanggung semua penderitaan akibat perang yang berkobar. Termasuk pula ribuan tentara dari kedua negara yang tidak berdosa, berguguran.
Baca Juga: Sedih! Kisah Bocah di Ukraina Harus Tinggalkan Ayahnya di Kyiv, Demi Mengungsi ke Polandia
Demikian juga rakyat sipil, anak-anak dan lansia yang sudah susah payah hidupnya karena krisis ekonomi dunia, harus melepas nyawa karena perang. Perang di Ukraina juga telah memicu gelombang besar pengungsi, yang sementara ini sudah mencapai 150 ribu orang.