Cina tidak menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, namun juga tidak memberikan bantuan ekonomi kepada Rusia.
Demikian juga dengan bantuan militer untuk Rusia, Beijing tidak akan memenuhinya. Namun untuk jalan selamat, mereka membantah bahwa ada permintaan semacam itu dari Rusia. Sebuah peribahasa Cina mengatakan: banyak ikan, banyak daging.
Maksudnya, sedapat mungkin orang harus mendapatkan dan menawarkan banyak hal dari dan kepada semua pihak.
Siapa yang menyajikan hidangan lengkap di atas meja, akan mendapat pujian dari tamunya.
Namun semakin lama perang di Ukraina berlangsung, makin sedikit yang bisa disajikan Xi Jinping kepada rakyatnya, dan ini bisa menghambat cita-citanya menjadi penguasa seumur hidup, baik dalam pemerintahan maupun dalam organisasi partai komunis.
Jadi, mau tidak mau Beijing harus muncul untuk menengahi konflik di Ukraina, sebelum dampaknya makin parah pada perekonomiannya sendiri.
Di lain pihak, Cina juga ingin menghindari konfrontasi terbuka dengan AS dan Barat. Seandainya Rusia berhasil melibatkan Cina berpihak kepadanya dalam konflik ini, Beijing sadar mereka akan kalah.
*Alexander Görlach adalah peneliti senior di Carnegie Council for Ethics in International Affairs und Research Associate di Oxford University. Pernah tinggal di Taiwan dan Hong Kong, bidang uatama yang didalaminya adalah kebangkitan Cina menjadi adidaya dunia. Dia juga bekerja untuk Harvard University dan University of Cambridge. (hp/vlz)

Baca Juga: Tak Hanya Minyak Goreng, Menteri Airlangga Prediksi Harga Kedelai Terdampak Konflik Ukraina