Cina dan Arab Saudi, Dua Sekutu Baru?

Rabu, 23 Maret 2022 | 16:03 WIB
Cina dan Arab Saudi, Dua Sekutu Baru?
DW

Proyek raksasa itu ingin menyiapkan Saudi menyambut berakhirnya era minyak, antara lain lewat pembangunan infrastruktur. Cina sebaliknya memiliki program investasi infrastruktur, Belt and Road Initative, yang digunakan untuk membiayai pembangun jalan, pelabuhan atau bandar udara di Asia dan Afrika.

Sebab itu pula kedua negara mendaulat hubungan mereka sebagai "kemitraan strategis komprehensif.” Poros baru di Timur Tengah Sejumlah analis meyakini hubungan antara Cina dan Timur Tengah memasuki babak baru.

Untuk pertama kalinya relasi kedua pihak tidak lagi semata didefinisikan dari sudut ekonomi.

Pada Januari silam, Roie Yellinek, peneliti lepas di Middle East Institute, Washington D.C., mengamati semua perjalanan negara dari Timur Tengah ke Cina. Hasilnya adalah "bahwa menteri luar negerilah yang lebih sering berkunjung ke Cina, ketimbang misalnya menteri ekonomi atau perdagangan.

Hal ini mengindikasikan pergeseran fokus,” kata dia. "Setelah hubungan yang berorientasi bisnis selama berpuluh tahun, perkembangan di beberapa tahun belakangan memperjelas betapa era baru sudah dimulai dengan fokus yang lebih besar terhadap geopolitik,” tulisnya dalam sebuah artikel.

Babak baru itu mencakup kerjasama militer antara Saudi dan Cina. Antara 2016 dan 2020, volume perdagangan senjata dari Cina ke Saudi meningkat 386 persen, menurut Institute for International and Security Affairs dalam sebuah riset, Februari silam.

Isu Hak Asasi Manusia ditengarai kian membebani hubungan antara AS dan sekutunya di Timur Tengah. Hal ini terutama menjadi isu sentral bagi Partai Demokrat yang kini memerintah di Washington.

Sebab itu pula "model kapitalisme autoriter ala Cina memukau banyak rezim di Timur Tengah, yang melihat kerjasama dengan Beijing sebagai cara menahan tekanan Barat untuk mereformasi pemerintahan dan penegakan HAM,” tulis ECFR dalam laporannya 2019 lalu.

Meski demikian, ikatan ekonomi Saudi dan Amerika Serikat masih terlampau kuat untuk bisa disaingi Cina.

Baca Juga: Arab Saudi Buka Ibadah Haji Tahun 2022, Wakil Ketua MPR Minta Perjuangkan Penambahan Kuota

EFCR berdalih, bahkan jika semua nilai perdagangan Saudi dan Cina dibayarkan dalam Yuan, volumenya hanya mencapai USD 320 juta per hari kerja. Sebaliknya, volume perdagangan AS di seluruh dunia mencapai USD 6,6 triliun per hari kerja. rzn/pkp

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI