Paus Minta Maaf atas "Genosida Kebudayaan" oleh Gereja Katolik Kanada

Selasa, 05 April 2022 | 10:32 WIB
Paus Minta Maaf atas "Genosida Kebudayaan" oleh Gereja Katolik Kanada
DW

Suara.com - Sri Paus mohon pengampunan kepada penduduk asli Kanada atas praktik kekerasan terhadap anak di sekolah-sekolah Katolik di abad ke-19. Kebijakan gereja diniatkan untuk memaksa anak-anak menanggalkan kebudayaan leluhurnya.

Paus Fransiskus menyampaikan permohonan maaf dalam sebuah pertemuan dengan delegasi dari berbagai komunitas penduduk asli Kanada di Vatikan, Italia, Kamis (31/3).

Dalam kesempatan itu, dia menyetujui tuntutan pemimpin bangsa Indian, Inuit dan Metis untuk meminta pengampunan secara langsung di Kanada.

"Untuk itu, Sri Paus dijadwalkan berkunjung ke Kanada pada Juli mendatang", tutur seorang sumber Reuters di Vatikan. "Atas perilaku keji anggota Gereja Katolik, saya memohon pengampunan dari Tuhan dan saya ingin memberitahu Anda dari lubuk hati yang paling dalam, bahwa saya merasakan sakit,” kata Paus.

"Saya bergabung dengan saudara saya, uskup-uskup di Kanada untuk meminta maaf,” imbuhnya.

Antara 1831 hingga 1996, sebanyak 150.000 anak-anak penduduk asli diambil paksa dari rumahnya dan hidup di asrama milik sekolah.

Dalam dokumen gereja, tujuan pendirian sekolah tersebut adalah untuk memaksakan asimilasi terhadap penduduk asli. Sekolah-sekolah ini milik negara, namun dijalankan oleh Gereja Katolik atas seizin pemerintah Kanada. Pada 2016, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi menyebut kebijakan gereja sebagai "genosida kebudayaan."

Skandal ini kembali memicu protes pada tahun lalu setelah ditemukannya 215 jenazah anak-anak di sebuah halaman sekolah di Provinsi British Columbia, Kanada.

Sekolah itu sudah ditutup sejak 1978 silam.

Baca Juga: Serukan Perdamaian, Paus Fransiskus: Lebih Banyak Senjata Takkan Akhiri Konflik di Ukraina

Repatriasi dan ganti rugi

Permintaan maaf secara resmi oleh Sri Paus akan memicu proses hukum untuk menghitung ganti rugi yang harus ditanggung gereja.

"Kita sebaiknya segera duduk bersama dengan petinggi gereja untuk merundingkan repatriasi,” kata Phil Fontaine, tokoh Sagkeeng First Nation.

Fontaine termasuk bagian dari delegasi yang mengunjungi PausFransiskus di Vatikan.

Di sana, mereka antara lain menuntut Vatikan agar mengembalikan semua benda sejarah milik penduduk asli yang kini disimpan oleh gereja.

Artefak-artefak tersebut berasal dari koleksi Paus Piux IX yang pada 1925 mengumpulkan lebih dari 100.000 benda sejarah. Kebanyakan dikirimkan oleh para misionaris Katolik di seluruh dunia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI