Dua Dekade Setelah Diculik, Juliana Melarikan Diri Kembali ke Timor Leste

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 05 April 2022 | 16:36 WIB
Dua Dekade Setelah Diculik, Juliana Melarikan Diri Kembali ke Timor Leste
Foto aerial Jembatan dan Taman BJ Habibie di kawasan Bidau Santana, Dili, Timor Leste, Kamis (29/08/2019)[ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Saya selalu berhubungan dengan mereka. Saya berjanji saya akan mengirimkan uang untuk membuat paspor. Mereka ingin datang," ujar Juliana.

Pelarian penuh bahaya

Kisah pelarian Juliana tidak berlangsung lancar. Malah, penuh dengan bahaya.

Saat mendekati perbatasan Timor Leste di waktu malam, dia mengatakan keponakan Egidio Manek dan sejumlah aparat Indonesia memburunya dengan obor.

Dia terpaksa melompat ke dalam sungai yang dipenuhi buaya di sepanjang perbatasan Timor Leste.

"Airnya setinggi leher saya. Saya tahu ada tentara Indonesia yang mengejar, jadi saya berenang, berpegangan pada akar pohon untuk bertahan," tuturnya.

Juliana mengaku terpaksa menghabiskan lima jam di dalam air sebelum akhirnya mencapai hutan bambu di sisi Timor Leste.

"Sepanjang malam ayah saya terus-menerus menelepon," katanya.

"Untungnya saya bisa menjaga ponsel dari air dan masih berfungsi. Saya pasang mode senyap agar tidak terdengar oleh tentara Indonesia," katanya.

Juliana akhirnya menjadi perempuan yang bebas.

Baca Juga: Wakil Ketua KPK Alexander Marwata: Timor Leste Lebih Bersih dari Indonesia

Masih banyak Juliana lain

Kasus Juliana dos Santos paling dipublikasikan di antara ratusan perempuan dan gadis Timor Leste yang diperkosa, diculik, atau menjadi sasaran perbudakan seksual selama peristiwa Referendum Timtim.

Beberapa perempuan yang juga dibawa ke Timor Barat sejak itu berhasil kembali ke rumah, banyak di antaranya melahirkan anak dari pemerkosaan.

Diperkirakan masih banyak perempuan yang terjebak di Indonesia, mungkin masih di bawah kendali penculik mereka.

Sebuah laporan PBB pada tahun 2001 mengatakan setelah pembantaian Suai, 20 wanita dibawa ke Timor Barat.

"Kami dapat menduga masih banyak Juliana lain yang menderita dalam diam atau yang tewas," kata juru kampanye hak-hak perempuan Kirsty Sword-Gusmao, mantan istri Xanana Gusmao.

"Tetapi angkanya tidak tersedia bagi kami. Faktor rasa malu dan normalisasi kekerasan oleh laki-laki terhadap perempuan dalam masyarakat Timor Leste, khususnya pada saat konflik, menghambat kita untuk mendapatkan gambaran yang benar dan akurat," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI