Dikritik Zelensky, Merkel Tetap Bela Keputusan soal Ukraina Tak Gabung NATO

Rabu, 06 April 2022 | 15:26 WIB
Dikritik Zelensky, Merkel Tetap Bela Keputusan soal Ukraina Tak Gabung NATO
DW

Suara.com - Presiden Zelensky menyalahkan keputusan Angela Merkel dan Nicolas Sarkozy pada tahun 2008 yang menolak mengakui Kyiv ke NATO. Ia menyebut keputusan itu adalah "salah perhitungan" yang membuat Rusia menginvasi Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa krisis yang terjadi di Ukraina saat ini merupakan akibat dari keputusan politik yang diambil oleh Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy pada tahun 2008.

Namun, Jerman menolak kritik tersebut. Zelensky mengatakan Merkel dan Sarkozy menghalangi Ukraina untuk bergabung bersama aliansi militer NATO dalam pertemuan puncak tahun itu di Bukares, Rumania.

Lebih lanjut, Zelensky menyebut keputusan itu "salah perhitungan," dan mengatakan keputusan itu membayangi warisan 16 tahun kepemimpinan Merkel dan mencatat bahwa AS telah mendorong aliansi untuk mengakui Ukraina.

"Saya mengundang Ibu Merkel dan Bapak Sarkozy untuk mengunjungi Bucha dan melihat apa yang telah dihasilkan oleh kebijakan konsesi ke Rusia dalam 14 tahun," ujar Zelensky merujuk ke temuan dugaan kuburan massal warga Ukraina di Bucha.

Sebelumnya, permintaan Ukraina pada tahun 2008 untuk bergabung ke dalam NATO dilaporkan ditolak oleh Sarkozy dan Merkel, yang memutuskan bahwa terlalu dini bagi Ukraina untuk bergabung dengan aliansi mengingat situasi politik yang sangat tidak stabil di Ukraina pada saat itu.

Saat KTT NATO ditutup, sebuah komunike terakhir menjanjikan keanggotaan Ukraina meskipun tidak dijelaskan secara rinci kapan dan bagaimana mereka bisa bergabung.

Merkel membela keputusan tahun 2008 Lewat juru bicaranya, Merkel pun dengan cepat merilis pernyataan yang mengatakan bahwa dirinya "mendukung keputusannya sehubungan dengan KTT NATO 2008 di Bukares."

"Mengingat kekejaman yang terungkap di Bucha dan tempat-tempat lain di Ukraina, semua upaya oleh pemerintah dan masyarakat internasional untuk berdiri di sisi Ukraina dan untuk mengakhiri kebrutalan Rusia dan perang melawan Ukraina telah sepenuhnya mendapat dukungan mantan kanselir," demikian bunyi pernyataan itu dikutip dari kantor berita AFP.

Baca Juga: Rusia Tuding Amerika dan NATO Dibalik Beredarnya Rekaman Warga Sipil Tewas di Kota Bucha Ukraina

Merkel, mantan kanselir Jerman empat periode, secara luas dipandang sebagai sosok yang bijaksana di Eropa selama masa jabatannya, tetapi perang di Ukraina juga telah mengungkap potensi kelemahan dalam kepemimpinannya.

Para pengamat mengatakan kebijakan detente terhadap Moskow membuat Jerman dan Eropa rentan.

Kritik itu kini terbukti, yaitu ketergantungan Jerman yang besar pada minyak dan gas Rusia. Pada tahun 2014, Jerman mengimpor 36% gasnya dari Moskow, dan pada awal tahun 2022 ini tercatat Jerman telah mengimpor 55% gasnya dari sana.

Jerman pun enggan mengikuti seruan AS dan sekutu lainnya untuk memberlakukan embargo energi penuh kepada Moskow. Pemimpin Partai Sosial Demokrat (SPD) Lars Klingbeil, misalnya, menyebut rencana itu "jalan yang salah" bagi Jerman.

Sementara Perdana Menteri Negara Bagian Bayern Markus Söder dari Partai CSU mengatakan embargo terhadap energi Rusia akan "mengakibatkan keruntuhan besar-besaran ekonomi Jerman dan hilangnya pekerjaan secara besar-besaran."

Polandia menyebut Jerman penghambat sanksi terhadap Rusia Zelenskyy bukan satu-satunya pemimpin yang mengecam Jerman. Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki juga mengkritik Jerman, menyebut Jerman menjadi penghambat untuk sanksi Uni Eropa (UE) lebih lanjut terhadap Rusia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI