Suara.com - Pihak berwenang di kota Shanghai mengatakan tiga orang meninggal karena COVID. Ini adalah laporan pertama kematian karena virus tersebut.
Kematian itu dilaporkan di saat ribuan warga di kota tersebut masih berada di 100 fasilitas karantina bagi mereka yang positif karena COVID meski tidak ada gejala atau hanya mengalami gejala ringan.
Salah seorang di antaranya adalah Beibei, seorang agen penjual rumah.
Dia harus menginap bersama ribuan orang lain diNational Exhibition and Convention Centre yang sekarang dijadikan pusat karantina dengan kapasitas 50 ribu tempat tidur pasien.
Perempuan berusia 30 tahun tersebut mengatakan lampu di hall pameran tersebut hidup sepanjang malam, dan dia belummenemukan fasilitas air panas untuk mandi.
Beibe dan suaminya diperintahkan untuk isolasi di pusat pameran terbesar di kota tersebut setelah sebelumnya selama 10 hari mereka melakukan isolasi mandiri di rumah karena hasil tes positif.
Karena itu dia harus terpisah dari bayi perempuannya yang berusia dua tahun, yang negatif COVID, dan sekarang harus tinggal bersama kakek-neneknya, setelah baby sitter mereka juga harus menjalani karantina.
Kebijakan memisahkan anak-anak dari orangtua mengkhawatirkan sebagian warga asing yang tinggal di Shanghai.
Mereka yang positif termasuk anak-anak akan dibawa ke pusat karantina milik pemerintah meski pun mereka tidak memiliki gejala.
Baca Juga: Kampanye Pemilu Australia: Salah Sebut Angka Hingga Kecelakaan
Ini merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan di Shanghai yang melakukan lockdown sejak bulan Maret dan merupakan bagian dari kebijakan pemberantasan COVID ke titik nol di China.
BERITA TERKAIT
Rayakan Hari Bumi, Telkom Tebar Kebaikan: Ribuan Bibit untuk Bumi Lestari di 4 Lokasi
30 April 2025 | 15:54 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI