Suara.com - Dengan serangkaian serangan terhadap penganut Syiah, ISIS di Afganistan ingin menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan dan mengubahnya kembali jadi basis jihad.
Serangkaian pengeboman yang terjadi di bulan April oleh afiliasi ISIS di Afganistan yang menyebut diri sebagai "Negara Islam di Khorasan" (IS-K), telah menyebabkan banyak korban tewas dan terluka.
Teror ini menunjukkan bahwa Taliban tidak bisa memenuhi klaim mereka untuk bisa memberikan lebih banyak rasa aman.
Taliban ternyata tidak mampu membendung serangan kelompok jihadis di negara itu.
IS-K direkrut dari lingkungan yang berbeda, kata ilmuwan politik Asiem El-Difraoui yang telah menulis sejumlah buku tentang jihadisme internasional.
Para anggotanya termasuk mantan anggota Taliban yang percaya ideologi mereka tidak cukup radikal. Selain itu ada juga sejumlah orang dari Arab, Taliban Pakistan (Tehreek-e-Taliban), dan warga negara bekas Uni Soviet seperti Uzbekistan dan Tajikistan.
"Organisasi ini didirikan oleh para militan yang punya kontak sangat erat di Irak dan Suriah," kata Difraoui, salah satu pendiri lembaga think tank Candid Foundation.
Tujuan ISIS yakni mendirikan bentuk pemerintahan khilafah di sebanyak mungkin negara. Agenda ini menempatkan mereka sangat kontras dengan Taliban yang ingin membatasi kekuasaan mereka di Afganistan.
"Mereka telah menyatakan bahwa tidak ada lagi jihad global yang berasal dari Afganistan, seperti misalnya dalam serangan teroris 11 September 2001," kata Difraoui.
Baca Juga: Taliban Larang PUBG dan TikTok, Dianggap Menyesatkan Generasi Muda
Selain itu ada interpretasi yang lebih radikal tentang Islam di ISIS. "Mereka mutlak melarang musik, juga berlaku di ranah pribadi, pemisahan berdasarkan jenis kelamin bahkan lebih radikal daripada Taliban."
Bahaya yang kian bertumbuh
Ancaman yang ditimbulkan oleh IS-K kemungkinan akan terus tumbuh dalam beberapa bulan mendatang.
Demikian menurut laporan oleh Komando Regional Amerika Serikat (AS) untuk Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia Tengah (CENTCOM) yang ditujukan bagi Senat AS.
Ketika situasi ekonomi dan krisis kemanusiaan di Afganistan memburuk, bagian dari penduduk yang terkena dampak dapat semakin rentan terhadap perekrutan IS-K, menurut laporan itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga berpendapat senada. "Kelompok teroris di Afganistan punya lebih banyak kebebasan dibandingkan pada masa kapan pun dalam sejarah baru-baru ini," kata laporan untuk Dewan Keamanan PBB.