Lebanon akan menerima dana sebesar $3 miliar dolar AS dengan syarat pemerintahnya harus menerapkan reformasi yang berjangkauan luas. Namun Nader merasa pesimistis.
"Ini hanya tinta di atas kertas. Pemerintah telah mengajukan rancangan rencana rekonstruksi keuangan kepada IMF untuk memulai pembiayaan. Tetapi apakah pemerintah mampu melaksanakan rencana ini? Jawabannya tidak," ujarnya.
Berbagai organisasi bantuan juga telah meminta pemerintah Libanon untuk bertindak. "Bagi kami di World Food Programme, sangat penting bahwa solusi dinegosiasikan dan didorong oleh kemauan politik," kata Ute Klamert, asisten direktur eksekutif WFP.
Pastikan bantuan tidak dikorupsi Akan tetapi praktik korupsi di Lebanon telah meluas selama bertahun-tahun. Rakyat Lebanon tidak lagi mempercayai pemerintahnya.
Terlalu sering, mereka melihat uang-uang bantuan itu berakhir di tangan yang salah. Untuk memastikan agar uang bantuan tidak menghilang ditilap koruptor, WFP membuat program baru di Lebanon seperti mendistribusikan kartu yang berfungsi seperti voucher makanan elektronik. Dengan kartu ini, mereka yang benar-benar berhak dapat membeli makanan di lebih dari 400 toko kelontong.
Ini adalah model yang dapat menjadi contoh bagi proyek lain: 100% uang dan makanan telah direncanakan sampai ke tempat yang paling membutuhkan. Namun untuk sementara ini, Lynn yang berusia 23 tahun masih terus mengemasi makanan di Matbakh el Kell di Beirut. Menunya sederhana: coleslaw, sepiring nasi, dan beberapa buah.
Upah yang diterima dari bekerja di sini ia akui bisa membantu orang tua dan saudara laki-lakinya. Lynn baru saja menyelesaikan sekolah dan bermimpi suatu hari bisa belajar di universitas. Tetapi banyak yang harus diubah agar impian Lynn bisa terwujud, di Lebanon dan di bagian lain di dunia. ae/pkp

Baca Juga: Militan Lebanon dan Israel Saling Serang di Perbatasan