Aneh.
Itu yang pertama kali dipikirkan Widya, atau mungkin serombongan orang. di setiap Nisan, di tutup oleh kain hitam.
Pemakamannya sendiri, dikelilingi pohon beringin, dan di setiap pohon beringin, ada batu besar di sampingnya, disana, ada lengkap, sesajen di depannya.
Nur yang tadi ikut tertawa, tiba-tiba menjadi diam. ia menundukkan kepalanya, seolah tidak mau melihat sesuatu. pagi, itu tiba-tiba terasa gelap di dalam pikiran Widya.
"Ngapunten pak, niki nopo nggih kok" (mohon maaf pak, ini kenapa ya kok)
Belum selesai Widya bicara, pak Prabu memotongnya
"Saya tau, apa yang adik mau katakan, pasti mau tanya, kok patek (nisan) nya, di tutup pakai kain, gitu to?"
Widya mengangguk. rombongan menatap serius pak Prabu, terkecuali Wahyu dan Anton, terdengar mereka sayup tertawa kecil.
"Ini itu namanya, Sangkarso. kepercayaan orang sini. jadi biar tahu, kalau ini loh pemakaman" terang pak Prabu, yang jawabanya sama sekali tidak membuat serombongan anak puas, sampai-sampai Wahyu dan Anton walaupun pelan sengaja menyindir. namun pak Prabu bisa mendengarnya.
Baca Juga: Lokasi KKN di Desa Penari Dimana? Ini Tempat Paling Mistis di Pulau Jawa
"Wong pekok yo isok mbedakno kuburan karo lapangan pak" (orang bodoh juga bisa membedakan kuburan dan lapangan bola pak)