d. Tawaf Wada’
Tawaf wada’ merupakan bentuk penghormatan akhir kepada baitullah. Menurut beberapa imam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan kebanyakan ulama, hukum dari tawaf wada’ adalah wajib bagi jamaah haji yang akan meninggalkan kota Makkah.
Bagi jemaah yang meninggalkan tawaf wada’ akan dikenakan dam berupa satu ekor kambing berdasarkan hadis Riwayat Bukhari Muslim bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan rukhsah (keringanan) kepada setiap perempuan yang sedang haid untuk tidak melakukan tawf wada’.
Berdasar hadist disimpulkan bahwa hukum tawf wada’ adalah wajib sebab rukhsah hanya berlaku dalam hal yang genting seperti haid. Sehingga perempuan yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan melakukan tawaf wada’. Penghormatan terakhir kepada Baitullah cukup dilakukan dengan memanjatkan doa di depan pintu gerbang Masjid al-harm.
Sementara menurut pendapat Imam Malik, Dawud, dan Ibnu Mundzir, hukum tawaf wada’ adalah sunah. Seseorang yang tidak melakukan tawaf wada’ di hari tearakhir ibadah haji tidak diharuskan membayar dam. Menurut Imam Malik, orang sakit atau uur dapat mengikuti pendapat ini.
e. Tawaf Nazar
Tawf nazar hukumnya wajib dikerjakan oleh jamaah haji dan waktunya boleh kapan saja.
Tawaf Bagi Jemaah Uzur
Jamaah haji yang sedang uzur atau sakit dapat melakukan tawaf dengan kursi roda mulai di lantai satu, lantai dua, atau lantai empat. Kursi roda bisa dibawa sendiri oleh jemaah atau menyewanya lengkap dengan jasa pendorongnya.
Baca Juga: Sholat Sunnah Tawaf: Niat, Tata Cara dan Bacaan Doa yang Dianjurkan
Selain itu, jamaah juga dapat menggunakan ‘arabah kahrubaaiyyah (skuter matik) roda empat bertenaga baterai yang telah disediakan. Penggunaan fasilitas ini dilakukan dengan cara menyewa Fasilitas ini disediakan secara khusus di lantai tiga dari mezzanine.