"Tidak masalah. Yang jelas Allah sudah memanggil kita, Dia pun pasti 'membisakan' kita, memberikan peluang. Sebenarnya tak ada kendala, cuma saya membatasi diri."
Memilih tidak ikut rombongan
Berkaca pada kondisinya, Zurni pun memilih tidak ikut rombongan. Banyak kendala jika dia ikut rombongan. Lain halnya kalau jalan bersama istri. Zurni bisa lebih santai, menikmati setapak demi setapak. Tak jarang, petugas memberi jalan pintas untuk dia.
"Saya pikir kalau dengan rombongan nggak kuat. Nggak bisa ngejar itu orang, saya santai. Kalau cepat, saya tidak tahan," kata Zurni.
Kendati mengaku tidak berat, Zurni mengaku sempat menunaikan tawaf keliling Ka'bah seorang diri. Ketika itu, istrinya bersama rombongan. Saat tawaf, tak jarang Zurni melepas tongkat kruknya. Maklum, dia butuh memegang telepon genggam untuk membaca doa.
"Sebenarnya tawaf tidak berat. Awalnya bahkan saya tawaf sendirian, sementara istri dengan rombongan. Dia takut tertinggal. Kadang (saat tawaf) saya lepas tongkat sebelah, gara-gara pegang hape untuk baca doa."
Meski demikian, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) tempat Zurni bernaung tidak cuek begitu saja. Mereka memaklumi kondisi bapak dua anak tersebut. Bahkan, awalnya dia ditawarkan menggunakan kursi roda. Tapi, Zurni menolak.
"Awal-awal, saya pakai kursi roda untuk tawaf. Tapi, saya yakinkan bahwa saya bisa pakai tongkat. Kalau pakai kursi roda, orang belum selesai, saya sudah selesai. Saya tidak mau seperti itu," ucap dia.
Hingga diwawancarai, Zurni mengaku sudah menunaikan 2 kali umrah sunah. Sejatinya, pembimbing menyarankan untuk menunaikan sebanyak mungkin umrah. Namun, Zurni mengukur diri.
Baca Juga: 60 Persen Gelombang Pertama Pulang ke Tanah Air, 73 Jemaah Wafat sampai Hari ke-52 Operasional Haji
"Ini yang umrah sunnah ke-dua. Kemarin diajak pemimpin KBIHU, saya istirahat. Pembimbing sebenarnya bilang sebanyak mungkin, tapi saya mengukur diri."