"Ada resto yang terpaksa tutup, serta ada yang hanya buka empat hari dalam seminggu," ujarnya.
Mencari cara kreatif untuk bertahan
Di Melbourne, salah satu restoran Indonesia sudah lebih dulu memutuskan menaikkan harga makanannya karena kenaikan harga bahan pangan.
"Dampaknya terasa banget pada restoran kami. Mulai awal 2022 setelah pandemi, itu kenaikan harga-harga mulai terasa," ujar Misniarti Darudoyo, pemilik restoran Dapur Indo di Melbourne.
Ia menyebutkan kenaikan bahan makanan yang paling berdampak pada usaha restorannya yaitu harga daging dan 'seafood'.
"Bumbu-bumbu yang kebanyakan impor juga sudah naik, begitu pula sayuran yang datangnya dari Queensland. Memang setiap musim dingin harga sayuran selalu naik. Tapi kali ini naiknya benar-benar tinggi banget," jelas Misniarti.
"Harga makanan di restoran kami terpaksa kami naikkan kira-kira sejak tiga bulan lalu," ujarnya.
"Konsumen memang mengeluh, kok harganya naik, tapi kita ngasih penjelasan, dan mereka bisa lihat sendiri di pasar bagaimana kondisi harga-harga saat ini," jelasnya.
"Kenaikan harga di kami itu maksimum 20 persen, jadi misalnya tadinya harga satu menu 15 dolar sekarang menjadi 18 dolar," ujar Misniarti.
Ia mengatakan ia sudah mencoba bertahan dengan menciptakan menu-menu yang bisa mempertahankan harga, tapi merasa upayanya tidak akan cukup untuk mempertahankan bisnisnya.
Misniarti menyebutkan pengusaha restoran juga tidak mungkin mengurangi porsi menunya demi menyesuaikan kenaikan harga bahan dan bumbu.