Suara.com - Naiknya Raja Charles III ke takhta artinya ia tidak bisa lagi bisa bicara dan beropini secara bebas. Tapi satu yang perlu diingat, ia punya pandangannya sendiri soal Islam.
"Islam adalah penjaga salah satu warisan terbesar dari kebijaksanaan dan pengetahuan spiritual yang tersedia bagi umat manusia," katanya saat masih menjadi pangeran dalam pidato tentang Islam dan lingkungan di Oxford University tahun 2010.
Raja Charles III memang punya ketertarikan dengan Islam, dan pernah mencoba belajar bahasa Arab supaya bisa membaca Al-Qur'an, seperti yang terungkap dalam buku berjudul 'Charles At Seventy: Thoughts, Hopes and Dreams'.
Sebagai anggota pelindung Pusat Studi Islam Oxford University, ia juga pernah berpidato soal hubungan dunia Islam dan Barat pada tahun 1993.
"Saya percaya dengan sepenuh hati, hubungan antara dua dunia ini kini menjadi lebih penting daripada sebelumnya, karena tingkat kesalahpahaman antara dunia Islam dan Barat sangat tinggi," katanya.
"Kebutuhan keduanya untuk hidup dan bekerja sama di dunia, yang semakin saling bergantung satu sama lain, tidaklah pernah sebesar ini."
Pada tahun 2020, Raja Charles III mengunjungi Palestina untuk pertama kalinya, dan menunjukkan dukungannya kepada warga Palestina agar mereka bisa "bebas, mendapat keadilan dan kesetaraan."
Dia juga pernah secara terbuka menyampaikan ketidaksetujuannya dengan larangan penggunaan burqa di Eropa.
Lalu apa artinya semua ini bagi warga Muslim dunia, terutama setelah ia menjadi Raja Inggris?
Baca Juga: Raja Charles III Beri Catatan pada Buket Bunga di Atas Peti Jenazah Ratu Elizabeth II
Raja diharapkan jadi 'pembela agama'
Dalam khotbah Jumat di Masjid Cambridge, setelah Ratu Elizabeth II meninggal, Abdal Hakim Murad, cendikiawan muslim Inggris, mengatakan Raja Charles pantas mendapat pujian atas upayanya untuk mendorong "rekonsiliasi."
"Di zaman ketika kesalahpahaman tentang agama Muslim ada di mana-mana, kita menyambut fakta kalau ia tercatat punya simpati terhadap Islam, ia banyak membuat pernyataan yang mendukung hubungan baik antaragama, rasa hormat, dan rasa saling pengertian yang lebih baik," katanya.
"Penting bagi umat Islam untuk mengapresiasi bagaimana keindahan agama mereka dipahami oleh tokoh-tokoh penting di Inggris."
Raja Charles berkuasa tepat saat ada penelitian yang menunjukkan bahwa Muslim adalah kelompok "yang paling tidak disukai" kedua di Inggris setelah "Gypsy dan pelancong Irlandia."
Survei yang dilakukan University of Birmingham mengatakan hampir 26 persen orang Inggris menilai negatif warga Muslim.
Zara Mohammed, sekretaris jenderal dari Muslim Council of Britain, mengatakan monarki Inggris memiliki peran penting dalam menantang narasi negatif soal Islam dengan menawarkan lebih banyak pesan soal persatuan dan inklusivitas.