Ia juga menegaskan, Kawasan Kota Tua akan menjadi lokasi yang bisa mencerminkan sila kelima, yang berlandaskan keadilan sosial, tanpa membedakan latar belakang apapun. Karena konsep ruang ketiga di Jakarta dituntut sebagai ruang interaksi antarwarga, agar segala pengalaman dan cerita menjadi satu, menggambarkan realitas kehidupan urban secara global.
"Perasaan kesetaraan inilah kekuatan terobosan yang ada di kota ini, dan inilah masa depan. Lalu di belakang itu ada salah satu stasiun paling lama (Jakarta Kota), usianya sekitar seratus tahun. Nanti kita juga akan melihat MRT punya stasiun di tempat ini. Insya Allah, Jakarta akan terus-menerus mengalami modernisasi untuk mencerminkan kota global," jelasnya.
Anies berpesan kepada seluruh lapisan masyarakat, agar bisa merawat kawasan ini pada masa depan. Hal ini termasuk menjaga keaslian peninggalan sejarah kampung kampung tua di sekitar Kota Tua.

Pengamat Tata Kota, Yayat Supriyatna, mengapresiasi Pemprov DKI Jakarta dalam revitalisasi Kota Tua, karena sudah mempertimbangkan dua aspek, yaitu secara planologis dan sosiologis.
“Secara planologis, Pak Anies melakukan reformasi struktur pelayanan publik. Contohnya Kota Tua jadi rumah para pejalan kaki. Selama ini, cara pandang kita mobil nomor satu, pejalan kaki di bawah. Revitalisasi ini membalikkan paradigma itu. Kalau Anda mau ke Kota Tua ini adalah ruang para pejalan kaki dan di situ ada integrasi transportasinya,” terangnya.
Sementara, secara sosiologis, Yayat menilai, revitalisasi Kota Tua merupakan struktur dalam membangun kultur pusat-pusat kota yang didukung jaringan pelayanan. Menurutnya, tidak ada artinya jika membangun kota wisata, namun tidak ada jaringan transportasinya dan airnya.
“Jadi, struktur ruang kota itu adalah pengembangan pusat kegiatan yang didukung jaringan pelayanan. Salah satu yang membuat daya tarik Kota Tua itu adalah karena dihubungkan dengan akses publik yang ramah dan mudah, karena esensi utama membangun kota itu adalah membangun manusianya,” paparnya.
Salah seorang pengunjung, Alida, mengakui, saat ini Kawasan Kota Tua jauh lebih tertata rapi dan keren. “Sudah banyak berubah gitu sekarang daripada sebelumnya, lebih bersih dan lebih rapi. Semoga ke depannya semakin baik lagi, jadi anak-anak muda senang ke sini. Semua orang Jakarta bisa mengunjungi, apalagi wisatawan luar,” ujarnya.
“Kalau dari LEZ-nya, bisa kita rasain sekarang. Polusinya berkurang, kalau dulu kan benar-benar kayak debu itu berasa banget di muka. Tapi di sini sekarang, tadi jalan ke stasiun kan. Sekarang sirkulasinya terasa, enak banget buat dihirup. Apalagi kalau pagi-pagi ke sini, kayaknya enak deh,” tambah pengunjung lainnya, Kirana.
Baca Juga: Pemerintah Didorong Terbitkan Cukai Karbon untuk Agar Kendaraan Listrik Lebih Diminati