"Kemudian penembakan gas air mata, secara nalar aja petugas di lapangan itu udah tahu kalau penembakan gas air mata akan membahayakan teman sendiri dan nggak boleh di tempat tertutup. Tapi itu kok dilakukan, ini mestinya dikasih pendalaman apa mereka memang lalai atau sengaja?" jelas Aryanto.
Tak hanya itu, Aryanto juga menduga ada aktor intelektual dibalik insiden mengerikan tersebut.
"Belum tentu dugaan saya benar, tapi dari pengalaman saya selama jadi polisi itu ya kerusuhan yang gede tidak mungkin hanya se-simple gitu saja. Apalagi kerusakannya sangat fatal," pungkasnya.