Boleh menyambung atau washal, yaitu menggabungkan rakaat terakhir dengan rakaat sebelumnya. Contoh: sholat witir 11 rakaat dengan satu kali takbiratul ihram dan satu salam.
Boleh dilakukan terpisah fashal, yaitu memisah rakaat sebelumnya dengan rakaat setelahnya. Contoh: sholat witir 10 rakaat dengan satu salam lalu ditambah satu rakaat dengan satu salam, atau dilakukan dengan satu salam tiap dua rakaat.
Menurut mayoritas ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, sholat witir dimulai setelah sholat Isya’ sampai terbitnya fajar shadiq, bukan setelah masuknya sholat Isya’.
Artinya, jika waktu sholat Isya’ sudah masuk tapi belum sempat melaksanakannya, maka ia tak dianjurkan melakukan sholat witir karena hukumnya yang sunnah, bukan wajib.
Waktu Pelaksanaan Sholat Witir
Waktu terbaik melakukan sholat witir adalah di akhir malam, sebagai penutup ibadah sholat yang dilakukan malam hari. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah:
“Jadikanlah akhir sholat kalian semua di malam hari dengan dengan sholat witir” (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Bairut: Darul Fikr, Damaskus, 2010], juz II, h. 185).
Jumlah Rakaat Sholat Witir
Secara umum, sholat witir tak memiliki jumlah rakaat secara khusus, sehingga orang yang akan melaksanakan sholat witir tak dituntut melakukan dalam rakaat tertentu asalkan berjumlah ganjil.
Baca Juga: Doa Mandi Hari Raya Idul Fitri, Seperti Apa Tata Caranya?
“(Sholat) witir adalah hak bagi semua umat Islam, maka barang siapa yang suka untuk melakukan witir dengan lima rakaat, maka lakukanlah. Barang siapa yang suka melakukan witir dengan tiga rakaat, maka lakukanlah. Dan, barang siapa yang yang suka melakukan sholat witir dengan satu rakaat, maka lakukanlah.” (HR Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).