"Kepala sekolah enggak mau nemuin kami ke wali kelasnya, alasannya takutnya syok katanya," kata Rusyani.
Rusyani berharap pihak sekolah dapat memberikan solusi masalah ini. Pasalnya, sang anak diduga telah memberitahu bahwa lokasi kejadian pelecehan itu di toilet wanita lantai 3 SLB tersebut.
"Saya harap sekolah ada solusinya. Karena anak saya pendidikan seperti ini yang dibilang perlu pendidikan ekstra, pada kenyataannya tanggung jawabnya sekolah. Ini kan kelalaian semua guru," kata Rusyani.
Sementara itu, Kepala SLB Daliman membantah tudingan Rusyani, pihak sekolah tidak pernah menghalangi pertemuan antara orang tua korban dengan orang tua terduga pelaku.
Pertemuan tersebut sempat tertunda karena memasuki waktu cuti bersama, sehingga sekolah dalam kondisi libur. Ia mengaku telah menerima laporan soal hamilnya AS itu sejak 8 Mei 2023 lalu.
"Dari laporan ini kami tindaklanjuti, kami informasikan kepada guru kelas dan langsung mengajak berbicara dengan anak tersebut, baik korban maupun terduga," kata Daliman di kantornya, Senin (20/5/2024).
"Mohon dibuat suasananya senyaman mungkin supaya anak merasa nyaman diajak komunikasi. Singkat cerita, hasil komunikasi antara anak dan orang tua itu tidak ditemukan siapa pelakunya," tambahnya.
Karena dianggap menemui jalan buntu, pihak sekolah mengajak keluarga korban untuk menyelesaikannya secara internal dengan melibatkan pihak PPPA.
Daliman mengatakan, untuk hal ini perlu pembuktian lebih lanjut. Bila perlu melakukan tes DNA setelah anak tersebut telah lahir. Ia mengaku tidak mau gegabah dalam menentukan terduga pelaku menjadi tersangka dalam perkara ini.
Terlebih, jika dirunut, lima bulan silam merupakan libur akhir semester. Sehingga tidak ada kegiatan belajar (KBM) di sekolah.