Gencatan Senjata Israel-Hamas di Ujung Tanduk: Nasib Sandera Masih Tak Pasti

Bella Suara.Com
Sabtu, 01 Maret 2025 | 12:06 WIB
Gencatan Senjata Israel-Hamas di Ujung Tanduk: Nasib Sandera Masih Tak Pasti
Kondisi di Gaza akibat serangan Israel kepada Hamas. [ANTARA/Anadolu/py/am]

"Hari-hari mendatang sangat krusial. Semua pihak harus berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kegagalan kesepakatan ini," ujar Guterres di New York.

Gencatan senjata ini memungkinkan bantuan kemanusiaan lebih besar mengalir ke Gaza, di mana lebih dari 69 persen bangunan telah rusak atau hancur, hampir seluruh penduduk mengungsi, dan kelaparan meluas akibat perang, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Di Gaza dan berbagai belahan dunia Muslim, akhir pekan ini juga menandai dimulainya bulan suci Ramadan.

Di antara puing-puing lingkungan Khan Yunis yang hancur akibat perang di Gaza selatan, lentera tradisional Ramadan masih tergantung, menjadi simbol ketahanan di tengah kehancuran.

Perang Gaza dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.218 orang, sebagian besar warga sipil.

Serangan balasan Israel sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 48.000 orang di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas—angka yang dinilai kredibel oleh PBB.

Dalam insiden yang jarang terjadi selama gencatan senjata, militer Israel mengatakan telah melancarkan serangan udara pada hari Jumat terhadap dua tersangka yang mendekati pasukan mereka di Gaza selatan. Sementara itu, sebuah rumah sakit di Khan Yunis melaporkan menerima jenazah satu orang yang tewas akibat serangan tersebut.

Salah satu sandera Israel yang dibebaskan dalam fase pertama gencatan senjata adalah Eli Sharabi, 53 tahun, yang berbagi pengalamannya dalam sebuah wawancara televisi.

"Selama satu tahun empat bulan, kaki saya dibelenggu dengan rantai yang sangat berat hingga menembus kulit saya," ungkap Sharabi.

Baca Juga: Masa Depan Gencatan Senjata Gaza Masih Tidak Pasti

Ia juga mengungkapkan penderitaan akibat kelaparan dan kekurangan makanan.

Sebagai imbalan atas pembebasan Sharabi dan sandera lainnya, Israel membebaskan sekitar 1.800 tahanan Palestina dari penjara-penjaranya.

Organisasi Physicians for Human Rights cabang Israel menerbitkan laporan yang mengecam perlakuan buruk terhadap tenaga medis Gaza yang ditahan Israel, menyebutnya sebagai perlakuan yang setara dengan penyiksaan. Laporan tersebut menyebut lebih dari 250 orang telah ditahan oleh Israel sejak perang dimulai.

Selain itu, militan Gaza juga membebaskan lima sandera asal Thailand di luar kesepakatan gencatan senjata.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI