Ginting mengaku tidak ikhlas TNI dijadikan alat politik dan dirusak untuk kepentingan tertentu dengan mengistimewakan seorang Teddy Indra Wijaya.
"Saya kira ini akan merusak sistem karena belum ada sejak TNI berdiri peristiwa seperti Teddy ini. Memang ada pada masa revolusi kemerdekaan belum ada pola pembinaan karier di mana pemberian pangkat sesuka hati," ujarnya.
Menurut dia, Presiden Prabowo yang berlatar belakang militer seharusnya tidak menabrak aturan-aturan. Ia pun menyamakan kasus Teddy ini dengan kasus Gibran saat menjadi calon wakil presiden.
"Tidak memenuhi syarat untuk menjadi wapres, tapi peraturannya diubah. Ini juga sama. Hanya untuk seorang Teddy, peraturan itu diubah atau dipaksakan. Saya menyadari sesungguhnya juga ada konflik batin KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto soal kenaikan pangkat Teddy Indra Wijaya ini juga soal dia menjadi Seskab," ujar Selamat Ginting.