Suara.com - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azahari menilai kawasan pesisir Jakarta berpotensi untuk jadi destinasi wisata religi lintas agama. Asalkan, pembangunannya tak hanya memerhatikan faktor fisik semata.
Menurutnya, pengelolaan kawasan harus berbasis ekosistem untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang. Salah satu ikon potensial adalah Masjid Menara Syariah yang berlokasi di lantai 5 Menara Syariah Pantai Indah Kapuk (PIK) 2.
Namun, Azril mencatat bahwa posisinya di dalam gedung membuat keunikan arsitekturalnya kurang tampil sebagai landmark yang kuat.
“Masjid Menara Syariah seharusnya mampu menawarkan pengalaman spiritual yang mendalam, namun kehilangan kekuatan visualnya karena tersembunyi di dalam bangunan Menara. Ini menjadi catatan penting untuk pengembangan wisata religi di kawasan urban seperti PIK 2,” ujar Azril kepada wartawan, Selasa (29/4/2025).
Ia juga menyoroti rencana pembangunan Masjid Agung di atas lahan 4,5 hektare. Menurutnya, pembangunan ini bisa memperkuat posisi kawasan pesisir sebagai destinasi wisata religi.
![Ilustrasi- warga sedang mengunjungi wisata religi Masjid Raya Baiturrahman, di Banda Aceh. [Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/05/22/17222-wisata-religi.jpg)
Azril mengingatkan, kawasan tersebut sebelumnya merupakan lahan Perhutani dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi ruang hijau berbasis ekowisata. Ia mendorong agar pembangunan masjid juga disertai dengan pengembangan kawasan hijau, seperti hutan mangrove yang menjadi paru-paru kota dan habitat alami bagi flora dan fauna.
“Selain masjid, kawasan ini sangat ideal dikembangkan sebagai zona green healing seperti hutan mangrove yang menjadi paru-paru kota, habitat berbagai flora dan fauna, serta ruang publik alami bagi masyarakat,” jelasnya.
Saat ini, perluasan area mangrove tengah dirancang, dari 97 hektare menjadi lebih dari 500 hektare. Azril menekankan pentingnya kajian terhadap dampak ekologis dan ekonomi dari setiap pengembangan, mencakup multiplier effect terhadap lingkungan sekitar.
“Pariwisata di PIK 2 harus bertanggung jawab dan berkelanjutan, mengintegrasikan komunitas lokal sebagai bagian aktif dalam aktivitas pariwisata,” terangnya.
Baca Juga: Sebut Anggaran Fantastis MBG Irasional, Ekonom Ferry Latuhihin: Kok Maksa Banget, Ini Proyek Siapa?
Menurut dia, ekosistem pariwisata ideal adalah ekosistem yang membangun keseimbangan antara manusia, lingkungan fisik, flora, fauna, dan budaya. Ia menekankan bahwa harmoni antara unsur biotik, abiotik, dan kultural perlu dijaga, agar wisatawan tidak hanya menikmati keindahan, tetapi juga memahami pentingnya pelestarian lingkungan.