Ia mencontohkan salah satunya seperti di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK). Meski dikenal sebagai tempat berbagai properti mewah, PIK menjadi titik berkumpulnya berbagai tempat ibadah lintas agama.
“PIK telah menunjukkan bagaimana ruang publik bisa dibangun dengan semangat keberagaman, tanpa mengorbankan nilai spiritualitas. Ini bentuk konkret dari toleransi yang hidup dan berdaya,” ujar Kevin.
Ia mengakui awalnya memang sempat ada keluhan seperti tak terdengarnya suara azan. Namun, kini hal itu disebutnya telah diperbaiki oleh pihak pengembang. Lalu, ada juga rencana pembuatan rumah ibadah bersama dalam waktu dekat.
“Ketika ada masukan, misalnya belum terdengar azan atau belum ada fasilitas ibadah tertentu, pihak pengembang langsung merespons. Ini bukan hanya urusan teknis, tapi bagian dari tanggung jawab sosial dan penghormatan terhadap keragaman,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa semangat keberagaman wisata religi moden yang ditunjukkan bjsa menjadi contoh bagi kawasan lain, bahkan sebagai acuan untuk menyelenggarakan kegiatan lintas agama berskala nasional maupun internasional.
"Ini titik awal dari bagaimana ruang publik bisa menjadi simbol harmoni. Ini bukan hanya tentang infrastruktur, tapi tentang visi kebersamaan,” pungkas Kevin.