Langkah tersebut bisa dimulai dengan meninjau kembali tata ruang kota dan memperluas zona hijau, terutama di wilayah padat permukiman yang rentan banjir.
Dengan pendekatan kolaboratif antara pemerintah daerah, masyarakat, dan dukungan riset ilmiah, pembangunan ruang hijau bukan hanya mempercantik kota, tetapi juga memperkuat ketahanan terhadap bencana.
Upaya konstruktif seperti ini memberi harapan bahwa krisis rutin seperti banjir bisa diubah menjadi momentum perbaikan tata kota yang lebih sehat, berkelanjutan, dan adaptif terhadap perubahan iklim.
Kota yang resilien bukan hanya yang mampu pulih dari bencana, tetapi yang mampu mencegahnya sejak awal—dengan bantuan pohon, air hujan, dan ilmu pengetahuan.