LED Countdown 500 Tahun Jakarta Diprotes, Rano Karno: 2 Tahun Itu Cepat

Minggu, 01 Juni 2025 | 13:05 WIB
LED Countdown 500 Tahun Jakarta Diprotes, Rano Karno: 2 Tahun Itu Cepat
Rano Karno saat menggelar open house di rumahnya kawasan Karang Tengah, Jakarta Selatan pada Selasa (1/4/2025). [Suara.com/Rena Pangesti]

Suara.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno buka suara soal kritik warganet terkait pemasangan LED countdown 500 tahun Jakarta yang kini terpasang di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Kritik itu salah satunya disampaikan lewat video akun TikTok @rizalmuhamaddd yang viral dan telah ditonton lebih dari 1,3 juta kali.

Menurut Rano, keberadaan hitung mundur tersebut bukan sekadar hiasan atau pemborosan anggaran. Ia menilai waktu dua tahun menuju ulang tahun ke-500 Jakarta pada 2027 bukan waktu yang panjang.

Apalagi, mengingat padatnya agenda pemerintahan yang harus disiapkan ke depan.

"Weh, dua tahun cepat, loh. Kita enggak berasa empat bulan sudah (menjabat) nih. Kita saja sama Pak Gub sudah empat bulan, baru menyelesaikan 100, 100 program. Cepat dua tahun itu," ujar Rano kepada wartawan, dikutip Minggu (1/6/2025).

Rano menekankan bahwa LED countdown di Bundaran HI merupakan bagian dari rangkaian menyambut perayaan setengah milenium usia Ibu Kota. Ia menyebut, langkah ini diambil agar persiapan menuju 2027 bisa dilakukan sejak dini.

"Nah, makanya mempersiapkan. Tentu istilahnya, 500 tahun itu sebetulnya memang di 2027," ujarnya.

Politikus PDI Perjuangan ini juga menepis anggapan bahwa proyek tersebut menghamburkan dana. Ia memastikan semua anggaran yang digunakan telah diperhitungkan secara efisien.

"Enggak, enggak ada anggaran yang dibuang," tegas Rano.

Baca Juga: Indikator Politik: Mayoritas Warga Jakarta Setuju Program Sarapan Gratis Pramono-Rano Dibatalkan

Tak hanya itu, ia menyebut countdown itu akan dipertahankan bahkan setelah Jakarta genap berusia 500 tahun. Menurutnya, LED tersebut akan menjadi penanda masa jabatan yang terus berjalan.

"Tapi, kalau dihitung periode, periode kita baru selesai 2030. Bukan berarti di 2027 itu naik, kemudian kemudian turun, enggak boleh. Dia harus tetap," pungkasnya.

Survei Kepuasan Kinerja Pramono-Rano

Sebelumnya, Staf Khusus Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi Publik Chico Hakim menanggapi hasil survei Indikator Politik Indonesia terkait tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pramono Anung - Rano Karno yang berada di posisi kelima se-Pulau Jawa.

Chico ketika dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (29/5), berpendapat tingkat kepuasan warga Jakarta tidak setinggi daerah lain karena karakter masyarakat cenderung lebih heterogen dan kritis dibandingkan daerah lain.

"Itu tentu berpengaruh pada sikap yang lebih kritis dan tidak mudah puas," katanya melalui pesan singkat.

Berdasarkan hasil survei tersebut, posisi pertama berhasil ditempati Jawa Barat dengan perolehan nilai Gubernur Jabar Dedi Mulyadi sebesar 94,7 persen dan wakilnya Erwan Setiawan 61,3 persen, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X memperoleh nilai 83,4 persen dan wakilnya KGPAA Paku Alam X sebesar 76,0 persen.

Di urutan ketiga, Jawa Timur dengan perolehan nilai kepuasan Gubernur Khofifah Indar Parawansa 75,3 persen dan wakilnya Emil Dardak 71,7 persen. Keempat, Jawa Tengah dengan Gubernur Ahmad Luthfi memperoleh nilai kepuasan 62,5 persen dan wakilnya Taj Yasin Maimoen 61,4 persen.

Posisi kelima, Gubernur Jakarta Pramono Anung memperoleh nilai kepuasan 60 persen dan wakilnya Rano Karno 60,5 persen. Keenam, Banten dengan perolehan nilai kepuasan terhadap kinerja Gubernur Andra Soni sebesar 50,8 persen dan wakilnya Ahmad Dimyati Natakusumah 42,3 persen.

Meskipun hasil survei menunjukkan kepuasan masyarakat Jakarta terhadap kinerja Pramono tidak setinggi wilayah lainnya, kata dia, pihaknya tetap terbuka terhadap kritik dan masukan.

“Namun apapun itu, semua hasil survei khususnya dari lembaga yang bisa dipertanggungjawabkan kredibilitas dan integritasnya tentu selalu menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi kami,” kata Chico.

Dia juga menyoroti fakta bahwa Jakarta tetap menjadi magnet urbanisasi terbesar di Indonesia, termasuk dari wilayah Jawa Barat.

Chico menyebut, lonjakan arus balik usai Lebaran menjadi indikasi tingginya minat masyarakat dari luar daerah untuk pindah ke Jakarta.

"Peningkatan warga dari luar Jakarta yang datang ke Jakarta pascamudik lebaran (arus balik) meningkat 150 persen dan paling banyak adalah warga Jawa Barat," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI