Hutan bakau yang lebat dan berlumpur cenderung kaya akan mikroorganisme penghasil lendir alami. Dengan demikian, bagian dalam hutan bakau dapat menjadi zona yang lebih “aman” dari penumpukan mikroplastik. Namun, area tepi hutan yang berpasir justru berpotensi menjadi titik penumpukan.
“Wilayah tepi hutan bakau yang berpasir bisa menjadi titik rawan akumulasi mikroplastik. Ini perlu menjadi prioritas pemantauan dan pembersihan,” ujar Park.
Meski banyak faktor lain yang juga memengaruhi—seperti kecepatan aliran air dan bentuk topografi dasar sungai—hasil penelitian ini memberikan panduan awal yang sangat berharga. Dengan memahami karakteristik alami suatu lokasi, petugas kebersihan dan relawan lingkungan dapat lebih efektif menentukan lokasi pembersihan mikroplastik.
Penelitian ini juga mengingatkan kita bahwa solusi terhadap krisis lingkungan tidak selalu berasal dari teknologi canggih. Ekosistem mikro yang tampak sepele, seperti bakteri penghasil lendir, ternyata memainkan peran penting dalam menjaga kebersihan lingkungan air.
Upaya pelestarian mikroba dan kondisi alami perairan perlu mendapat perhatian lebih dalam kebijakan lingkungan. Karena pada akhirnya, menjaga keseimbangan ekosistem berarti juga menjaga masa depan manusia.