Suara.com - Juru Bicara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Usman M Tokan mengapresiasi keputusan Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi yang enggan menjadi calon ketua umum PPP dan lebih memilih Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Menurutnya, Jokowi memahami kultur dan budaya politik partai-partai di Indonesia termasuk PPP.
"Menurut pandangan pribadi kami biarkan beliau menjadi negarawan dengan segudang pengalaman sampai saat ini, kata Usman kepada Suara.com, Senin 9 Juni 2025.
Menurutnya, kalau pun nanti akhirnya yang dipilih PSI itu merupakan hak politik Jokowi pribadi.
"Lagi pula sekarang anak beliau juga sudah menjadi Ketum PSI. Dalam konteks etika dan moral politik itu sesuatu yang bagus, masak bapak di partai A lalu anak dipartai B kemudian mantu atau cucu di partai C, itu sesuatu yang incredible," ujarnya.
Sementara di sisi lain, ia meyakini bahwa Jokowi merupakan tokoh yang mengerti sistem politik dan budaya di Indonesia.
"PPP dari kelahirannya saja sudah menggambarkan sebagai partai politik unik, memiliki kekhasannya sendiri."
Ia mengingatkan kembali bahwa akar PPP sebagai partai yang perjuangkan kepentingan Umat Islam Indonesia sejak 52 tahun silam.
"Sebagai partai politik yang tetap konsisten memperjuangkan kepentingan umat Islam Indonesia dan dunia pada umumnya, lahir dari rahim para ulama Indonesia melalui fusi partai politik Islam di 1973," katanya.
Baca Juga: PPP Memanas, Dorongan Kandidat Eksternal Pimpin Partai Ditolak Sejumlah Kader
Tokan mengemukakan bahwa partai berlambang kakbah itu masih terus berbenah untuk melahirkan sosok ketua umum yang akan diputuskan pada September 2025 mendatang.
"Seorang ketua umum yang akan memikul beban berat sehingga diperlukan sosok yang kuat bagaikan Umar bin Khattab, punya kedekatan dengan para ulama dan umaroh," sambungnya.
Sebelumnya, Presiden ke-7 Jokowi sempat masuk dalam bursa calon Ketua Umum PPP.
Namun Jokowi tidak tertarik untuk menjadi ketua umum partai berlambang kabah tersebut.
![Juru Bicara DPP PPP, Usman M Tokan di Jakarta, Rabu (22/3/2023). [Suara.com/Bagaskara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/03/22/22693-juru-bicara-dpp-ppp-usman-m-tokan.jpg)
"Ndak lah, yang di PPP saya kira banyak calon-calon ketua umum yang jauh lebih baik yang punya kapasitas, kapasitas, punya kompetensi. Banyak calon yang sudah beredar kan banyak. Banyak sekali," kata dia saat ditemui, Jumat 6 Juni 2025.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut lebih tertarik menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
"Saya di PSI aja lah," katanya.
Meski tertarik bergabung ke PSI. Namun hingga saat ini belum dicalonkan untuk menjadi ketua umum PSI.
"(Berarti di luar PSI tidak ada partai lain yang dipertimbangkan) Ya nggak tahu. Di PSI dicalonkan aja belum," jelasnya.
PSI juga akan menggelar kongres pertama di Kota Solo pada Juli 2025 nanti. Jokowi juga masuk dalam bursa calon ketua umum menggantikan Kaesang Pangarep.
Bahkan banyak kader PSI yang mendukung agar Jokowi menjadi Ketum PSI ke depan. Jokowi menyebut masih mengkalkulasi peluang maju sebagai ketum PSI seperti apa.
"Ya masih kalkulasi. Jangan sampai kalai nanti misalnya ikut, saya kalah," katanya.
Sebelumnya, Ketua Mahkamah Partai PPP Ade Irfan Pulungan mengatakan bahwa usulan nama Jokowi sebagai kandidat calon Ketua Umum PPP memang sengaja digulirkan.
Menurutnya soal keputusan akhir tetap berada di tangan Jokowi.
Pernyataan itu disampaikan Ade menanggapi soal nama Jokowi juga diusulkan menjadi calon ketua umum PSI.
"Ya, ini kan lontaran, ini kan masukan, ini kan gagasan, ini kan pendapat. Biarkan saja ini bergulir, biarkan saja ini mengalir, biarkan saja ini berkembang," kata Ade kepada Suara.com, Sabtu 31 Mei 2025.
Menurutnya, menjelang kongres atau muktamar partai wajar apabila selalu muncul usulan-usulan.
"Kan keputusan itu nanti ada di Pak Jokowi. Begitu, biarkan saja ini berkembang," katanya.
Kendati begitu, Ade tetap mendoakan agar Jokowi mau menerima pinangan sebagai calon ketua umum PPP.
"InsyaAllah kami mendoakan, ada hidayah dari Allah SWT menjadikan Pak Jokowi memilih hatinya kepada PPP. Kami berikhtiar," ujarnya.
"Kita biarkan Pak Jokowi yang memilih sesuai dengan suasana kebatinannya. Biarkan Pak Jokowi yang menentukan sikapnya. Nggak usah kita ganggu itu. Begitu," sambungnya.