Melewati 1,5°C bukan berarti dunia kiamat. Ini peringatan, bukan vonis mati.
Jonathan Overpeck, dekan sekolah lingkungan di Universitas Michigan, yang tidak terlibat dalam studi ini, menegaskan pentingnya terus beraksi.
“Melewati ambang batas berarti semakin sering terjadi ekstrem iklim, gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, kekeringan ekstrem, badai besar.”
Sementara itu, Andrew Dessler dari Universitas Texas A&M menilai target 1,5°C memang aspiratif dan sulit tercapai. Tapi, “melewatkannya bukan berarti kiamat,” tulisnya.
“Setiap sepersepuluh derajat pemanasan membawa dampak yang lebih buruk.”
Dengan kata lain, masih ada ruang untuk berbuat. Mempercepat transisi energi bersih, menghentikan ketergantungan pada batu bara dan minyak, serta membangun sistem yang tangguh terhadap perubahan iklim menjadi keharusan, bukan pilihan.
Karena meski kita telah terlalu lama menunda, pilihan hari ini akan menentukan apakah bumi tetap bisa dihuni secara adil dan aman oleh generasi yang akan datang.