Suara.com - Tradisi Pacu Jalur yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, tengah menjadi perbincangan hangat di jagat maya.
Popularitasnya semakin meluas setelah sebuah video yang menampilkan seorang anak menari di ujung perahu mendadak viral di berbagai platform media sosial, bahkan hingga menyedot perhatian warganet mancanegara.
Namun di tengah euforia tersebut, muncul sejumlah komentar netizen Malaysia yang mengklaim bahwa tradisi Pacu Jalur merupakan budaya yang berasal dari negaranya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Riau, Roni Rakhmat, dengan tegas membantah klaim tersebut.
Ia menegaskan bahwa Pacu Jalur merupakan warisan budaya asli Indonesia yang telah lama menjadi identitas masyarakat Kuantan Singingi.
“Kami memahami dinamika dan cepatnya persebaran informasi di media sosial. Namun, harus ditegaskan bahwa Pacu Jalur adalah budaya asli Indonesia, khususnya dari Kuantan Singingi, Riau,” ujar Roni belum lama ini.

Roni menduga, anggapan keliru itu muncul karena adanya kedekatan geografis dan budaya antara wilayah Riau dan Malaysia.
Kedua daerah tersebut memang berada dalam satu rumpun Melayu, sehingga beberapa tradisi memiliki kemiripan.
“Pacu Jalur itu milik Kuansing, Riau. Kami akan terus mengedukasi masyarakat, baik di dalam negeri maupun luar negeri, agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman mengenai asal-usul tradisi ini,” lanjutnya.
Baca Juga: Tentang Dikha, Anak Coki Pacu Jalur yang Viral Jadi Tren Aura Farming
Tak hanya itu, Roni juga mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini tengah mengajukan Pacu Jalur untuk masuk dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO.
Upaya ini dilakukan sebagai langkah untuk memperkuat pengakuan dunia internasional terhadap tradisi yang memiliki nilai sejarah tinggi tersebut.
“Kita berharap, Pacu Jalur bisa segera diakui UNESCO. Tradisi ini bukan sekadar lomba perahu, tetapi juga menyimpan nilai-nilai sejarah, filosofi, dan kekayaan budaya yang mendalam bagi masyarakat Melayu Riau,” ungkap Roni.
Pacu Jalur sendiri merupakan lomba mendayung perahu tradisional yang biasanya digelar di Sungai Kuantan.
![Aura Farming Anak Coki Pacu Jalur Kuansing. [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/05/43128-aura-farming-pacu-jalur-kuansing.jpg)
Perahu yang digunakan berukuran panjang dan mampu menampung puluhan pendayung.
Dalam setiap perlombaan, ada pemandangan unik yang selalu menarik perhatian, yakni keberadaan seorang anak kecil yang berdiri di ujung perahu sambil menari-nari mengikuti irama gendang dan sorak-sorai penonton.
Anak kecil tersebut dikenal dengan sebutan Togak Luan. Tarian yang dibawakan Togak Luan bukan sekadar hiburan, tetapi memiliki makna sebagai penanda bahwa perahu timnya sedang berada di posisi terdepan.
Aksi Togak Luan ini biasanya dilakukan dengan lincah dan penuh semangat, seakan menjadi pemacu semangat bagi para pendayung di perahu tersebut.
Tradisi Pacu Jalur di Kuansing digelar setiap tahun sebagai bagian dari peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Biasanya acara tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 20 hingga 25 Agustus.
Selain sebagai ajang olahraga tradisional, Pacu Jalur juga menjadi daya tarik wisata yang mengundang ribuan pengunjung dari berbagai daerah, bahkan wisatawan mancanegara.
Pemerintah Provinsi Riau terus berupaya melestarikan dan mempromosikan Pacu Jalur ke tingkat internasional.
Melalui berbagai kegiatan promosi budaya, pihak Dispar Riau berharap semakin banyak masyarakat dunia yang mengenal dan mengakui Pacu Jalur sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai.
![Anak pacu jalur, Rayyan Arkan Dikha. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/07/49314-anak-pacu-jalur-rayyan-arkan-dikha.jpg)
“Pacu Jalur adalah bukti bagaimana tradisi dapat menyatukan masyarakat dan menjadi kebanggaan daerah. Kami ingin memastikan generasi muda tetap mencintai dan menjaga warisan budaya ini,” tutup Roni.