Suara.com - Festival Pacu Jalur di Kuantan Singingi, Riau, telah lama dikenal sebagai pesta rakyat yang meriah.
Tapi di balik dentuman meriam, irama gendang, dan lautan manusia yang menyaksikan perlombaan perahu panjang itu, tersembunyi lapisan makna yang jauh lebih dalam yang kini menjadi objek studi serius para ahli antropologi budaya dan agama.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hasbullah, Rendi Ahmad Asori, dan M. Nazar Almasri dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pacu Jalur bukan hanya tentang kecepatan dan kekompakan.
Ia juga mencerminkan kekuatan magis dan simbolik yang melekat dalam budaya masyarakat Rantau Kuantan.
“Kemenangan dalam pacu jalur bisa jadi juga ditentukan oleh kekuatan fisik pendayung, tapi juga oleh kekuatan spiritual dari dukun jalur,” ujar Hasbullah dalam jurnal Sosial Budaya edisi Juni 2016.
1. Dukun dan Dunia Magis: Elemen Tak Terpisahkan
Dalam studi tersebut terungkap bahwa hampir setiap proses dalam tradisi Pacu Jalur mulai dari pencarian kayu, pembuatan jalur, hingga pelaksanaan lomba melibatkan ritual-ritual magis yang dipimpin oleh dukun jalur.
Mereka dipercaya mampu “berkomunikasi” dengan makhluk halus (mambang), menenangkan penjaga hutan, dan menjinakkan ruh kayu agar perahu memiliki energi kemenangan.
Ritual seperti pembacaan mantra, penyembelihan ayam, pembakaran kemenyan, hingga penentuan waktu penebangan kayu melalui mimpi menjadi bagian integral dalam proses ini.
Baca Juga: Bukan dari Gym, Ini Asal Tren Aura Farming Atlet Dunia dari Tradisi Pacu Jalur Riau
2. Bukan hanya transportasi
Bagi masyarakat, jalur bukan hanya alat transportasi atau sarana perlombaan, juga melainkan representasi spiritual yang hidup dan sakral.
3. Jalur Sebagai Representasi Sosial dan Estetik
Antropolog juga mencatat bahwa jalur tidak berdiri sebagai objek biasa.
Ia adalah hasil karya kolektif yang mencerminkan identitas sosial, status budaya, dan bahkan seni lokal.
Ukiran kepala naga, hiasan lambai-lambai, serta warna-warni kostum pendayung menggambarkan nilai estetika tinggi yang diwariskan secara turun-temurun.