Detik-Detik Juliana Marins Jatuh di Rinjani: Ali Musthofa, Sang Pemandu Ungkap Fakta Kejadian

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 10 Juli 2025 | 13:55 WIB
Detik-Detik Juliana Marins Jatuh di Rinjani: Ali Musthofa, Sang Pemandu Ungkap Fakta Kejadian
Ali Musthofa, Pemandu Lokal Pendakian Juliana Marins ke Gunung Rindani (TikTok)

Suara.com - Pendakian je Gunung Rinjani yang berubah menjadi tragedi baru-baru ini terus menyita perhatian publik usai Juliana Marins, wisatawan asal Brasil dilaporkan jatuh ke jurang pada Sabtu, 21 Juni 2025.

Saat itu, wanita 26 tahun tersebut memang melakukan pendakian bersama rombongan wisatawan asing dan seorang pemandu lokal bernama Ali Musthofa.

Kejadian ini menimbulkan banyak pertanyaan dari warganet, terlebih banyak spekulasi beredar jika, Juliana Marins ditinggalkan sendirian beristirahat oleh pemandu lokal yang sebelumnya menemaninya. 

Dalam podcast bersama Denny Sumargo yang tayang Rabu (9/7), Ali Musthofa akhirnya angkat bicara secara terbuka dan menjelaskan kronologi kejadian secara rinci.

Awal Pendakian: Juliana Marins Pendaki Pemula

Juliana Marins diketahui ikut dalam paket pendakian 3 hari 2 malam bersama enam pendaki asing lainnya. Ali Musthofa mengungkap saat itu, ia justru paling dekat dengan Juliana Marins selama perjalanan.

“Saya itu paling akrab sama Juliana ini sebenarnya. Saya sempat dengerin musik bareng dia, dia senang sekali kemarin,” ujar Ali Musthofa seperti Suara.com rangkum pada Kamis (10/7/2025).

Dari perbuncangan dengan Ali Musthofa juga diketahui, jika Juliana Marins ternyata baru pertama kali mendaki, dan langsung memilih Gunung Rinjani sebagai destinasinya. Ia tak banyak mengambil foto, justru lebih menikmati momen dengan berjoget sambil mendengarkan musik.

Summit Attack: Jalur Curam, Fisik Juliana Marins Drop

Baca Juga: Profil Ali Musthofa Pemandu Juliana Marins, Pertama Kali Mendaki Rinjani Kelas 5 SD

Perjalanan yang awalnya berjalan lancar, mulai mendapatkan masalah ketika rombongan mulai melakukan pendakian menuju puncak dimulai pukul 3 pagi, dari tempat mereka berkemah di Pelawangan. 

Menurut Ali Musthofa, jalur ke puncak memiliki tiga bagian, dan kecelakaan terjadi di jalur kedua yang cukup lebar namun diapit jurang. Ia juga menjelaskan bahwa Juliana sejak awal terlihat paling lambat dan paling ke belakang dalam kelompok.

“Setelah track yang pertama, di bawah punggungan, saya lihat fisik Juliana sudah lemah. Dia sampai rebahan, ngos-ngosan,” kata Ali Musthofa.

“Saya sempat bercanda, ‘Gimana nih Juliana? Mau diam di sini atau balik?’ Tapi dia tetap ingin lanjut,” tambahnya.

Saat itu, Juliana Marins yang selalu berjalan paling buntut, memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan.

Juliana Marins Meminta Istirahat

Setelah mencapai titik aman di jalur kedua, Juliana Marins meminta untuk istirahat sejenak. Ali Musthofa, sebagai pemandu yang berada paling di belakang untuk menjaga rombingannya pun mengizinkan.

Namun, saat itu kata Ali Musthofa, ia memutuskan mengecek kondisi lima pendaki lainnya yang sudah jauh di depan. Sebab, berjarak 5 menit dari tempat Juliana Marins istirahat, memang ada tempat yang lebih layak.

“Saya bilang ke Juliana, ‘You can wait here, I just wanna catch them... I’m gonna wait you there’,” kata Ali Musthofa.

Setelah 30 menit menunggu di tempat beristirahat tersebut, Juliana Marins tak kunjung menyusul. Ali Musthofa pun kembali ke lokasi istirahat sebelumnya pada pukul 5.30 pagi, namun tamunya itu sudah tidak ada.

Yang tersisa hanyalah satu trekking pole berjarak tiga meter yang sudah jatuh dan cahaya senter yang terlihat sekitar 150 meter di bawah. 

Panik dan Tanggung Jawab: Ali Musthofa Turun Tebing Demi Juliana

Mengetahui Juliana Marins jatuh, Ali Musthofa segera mengambil tasnya dan mencari sinyal untuk menghubungi pihak operator.

Ia mencoba berkomunikasi dengan Juliana Marins dari atas jurang, dan sempat mendengar teriakan "Help me."

Ali Musthofa pun tak pernah meninggalkan Juliana Marins di tempat terakhir mereka berpisah, bahkan terus memberikan semangat untuk tamunya tersebut agar tetap menunggu penyelamatan dan tidak bergerak ke mana pun agar tidak semakin terperosok.

Tali penyelamat baru tiba dari Sembalun sekitar pukul 2 siang. Ali Musthofa  menjadi orang pertama yang turun, namun tak berhasil menjangkau Juliana Marins karena posisinya yang sangat dalam dan medan berbahaya.

Selama turun, Ali Musthofa terus berteriak berharap Juliana Marins dapat merespon. Namun saat itu tak terdengar suara apapun dari wanita tersebut hingga dirinya berpikir bahwa Juliana Marins pingsan atau bahkan meninggal dunia.

Meski tidak memiliki pengalaman turun tebing, Ali Musthofa juga memberanikan diri untuk melakukan penyelamatan.

“Saya gak pernah turun tebing. Naik pohon saja saya gak berani. Tapi karena ini tamu saya, saya harus kasih yang terbaik,” kata dia.

Harapan dan Ketegangan: Juliana Marins Masih Hidup

Saat kabut mulai menipis menjelang sore, Juliana Marins, kata Ali Musthofa ternyata terlihat masih hidup karena sempat bergerak. Namun posisinya makin bergeser ke bawah karena diduga ia berusaha naik sendiri di medan pasir yang rapuh.

“Dia mencoba naik, mungkin karena panik. Tapi karena pasir, makin dia naik, makin turun posisinya,” ujar Ali Musthofa.

Tim SAR gabungan akhirnya tiba sekitar pukul 7 malam. Tapi karena kondisi semakin gelap dan medan sulit, upaya penyelamatan saat itu sangat terbatas.

Ali Musthofa bercerita dengan perasaan haru dan rasa tanggung jawab yang besar atas musibah tersebut.

“Deg-degan banget, semua badan saya gemetaran. Tapi saya harus turun, saya ingin berikan pertolongan pertama ke Juliana,” katanya lagi.

Cerita yang disampaikan Ali Musthofa di podcast Denny Sumargo menjawab banyak spekulasi yang beredar. Ia bukan hanya menjadi saksi, tetapi juga sosok yang menunjukkan tanggung jawab dan empati tinggi, bahkan di luar batas kemampuannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI