Suara.com - Di balik tragedi tewasnya pendaki asal Brazil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani, tersimpan beban berat yang dipikul oleh pemandunya, Ali Musthofa. Setelah sekian lama menjadi sorotan dan sasaran tudingan, Ali akhirnya buka suara mengenai momen paling sulit dalam hidupnya, bertemu langsung dengan keluarga Juliana dan dituduh sebagai pembunuh.
Dalam sebuah pengakuan emosional di podcast Denny Sumargo, Ali menceritakan pertemuannya dengan ayah, saudara laki-laki, dan saudara perempuan Juliana yang datang langsung ke Sembalun, Lombok, untuk mencari jawaban. Pertemuan itu berlangsung tegang, dipenuhi amarah dan duka yang mendalam.
Dihadapkan pada Amarah Keluarga
Ali mengungkapkan, reaksi pertama keluarga saat bertemu dengannya adalah luapan amarah. Ia harus menelan pil pahit saat mendengar kalimat yang paling menyakitkan keluar dari mulut mereka.
"Untuk pertama kali sih mereka marah, dan mereka sempat bilang, 'Kamu telah membunuh anak saya', 'Kamu telah membunuh saudara perempuan saya'," ungkap Ali, menirukan ucapan keluarga Juliana saat itu.
Meskipun dihadapkan pada tuduhan yang menusuk hati, Ali memahami bahwa itu adalah ungkapan duka dari keluarga yang baru saja kehilangan orang yang mereka cintai. Dengan penuh kerendahan hati, ia tetap menyampaikan kronologi kejadian yang sebenarnya dan permohonan maaf yang tulus.
"Saya sudah memberikan informasi tentang kronologi Juliana ini jatuh, dan saya sudah minta maaf juga kepada mereka," lanjutnya.
Perlahan, ketegangan itu mencair. Ali menuturkan bahwa keluarga Juliana pada akhirnya dapat menerima permintaan maafnya, terutama saat proses penyerahan barang-barang pribadi milik mendiang. Momen itu menjadi titik balik yang meredakan suasana.
Klarifikasi Status "Blacklist" dan Banjir Dukungan

Selain berbagi kisah pertemuan emosional tersebut, Ali Musthofa juga meluruskan kabar yang menyebut dirinya telah di-blacklist secara permanen dari aktivitas pemanduan di Gunung Rinjani.
Baca Juga: Cerita Lengkap Ali Musthofa Sang Pemandu Saat Juliana Marins Jatuh: Saya Benar-Benar Panik
"Kalau untuk kata 'blacklist' itu saya tahu cuma di media saja sebenarnya. Tapi untuk surat resmi dari kepala balai, itu enggak ada yang sampai ke saya," jelas Ali.
Ia mengonfirmasi statusnya saat ini adalah ditangguhkan sementara, menunggu hasil investigasi resmi selesai.
Pengakuan tulus dan keberanian Ali untuk menghadapi keluarga korban menuai simpati luas dari warganet. Banyak yang memberikan dukungan dan memahami bahwa kejadian tersebut adalah musibah yang tidak bisa diprediksi di alam bebas.
"Musibah ga ada di kalender gaes.. respect buat ali tetep semangat bro," tulis akun @mo***di di kolom komentar.
"Naik gunung pasti sudah tau resiko dan konsekuensinya," tambah akun @my***79, menyuarakan sentimen umum para pendaki.
Kisah Ali Musthofa menjadi pengingat pahit akan risiko tinggi dalam dunia pendakian, bukan hanya bagi para pendaki, tetapi juga bagi para pemandu yang memikul tanggung jawab besar di pundak mereka.